BANDUNG - Pemprov Jawa Barat membantah kabar tentang ratusan sekolah di Jabar menjadi klaster Covid-19 menyusul pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi menyatakan, pihaknya telah melakukan kroscek kepada 1.295 sekolah di Jabar yang telah menggelar uji coba PTM pascaramainya kabar tersebut. Hasilnya, tidak ada satu pun sekolah di Jabar yang menjadi klaster COVID-19.
"Ada isu muncul klaster PTM di Jabar. Saya sudah mengecek, dari jumlah sekolah yang tahun ini ada peningkatan sesuai data dapodik 5.033 (sekolah), yang (menggelar) PTM ada 1.295. Kita sudah cek lewat pengawasan dan cabang dinas di berbagai daerah, tidak ada satu pun klaster PTM," tegas Dedi di sela peninjauan vaksinasi massal bagi kalangan disabilitas di SLB Negeri Cicendo, Jalan Cicendo, Kota Bandung, Sabtu (25/9/2021).
Tidak sampai di situ, lanjut Dedi, untuk memastikan kabar tersebut, pihaknya juga melakukan pengecekan langsung kepada laman https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/ sebagai sumber awal kabar tersebut beredar, termasuk kepada Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) hinga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
"Kita juga coba mengecek ke jejaring dari sumber yang ada. Ternyata sumber itu setelah dibuka dan diklik tidak muncul datanya dan kita konfirmasi ke Pusdatin dan Kemendikbud, ternyata telah terjadi salah paham, miss comunication," terang Dedi.
Dedi menjelaskan, data yang sempat muncul di laman https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/ tersebut bukan menunjukkan adanya klaster COVID-19 pascauji coba PTM, melainkan data terkait peserta didik yang pernah terpapar COVID-19 sebelum uji coba PTM dilaksanakan.
"Jadi yang dimaksud bukan ada klaster PTM, tapi saat ini ada data sekian (sekolah) yang melakukan PTM, yang anak-anaknya dulu sempat terkena COVID-19. Jadi salah paham. Jadi kita sampaikan kepada publik bahwa tidak ada klaster PTM dan mohon doanya jangan sampai ada klaster PTM di Jabar," jelas Dedi.
Meski begitu, Dedi juga menekankan bahwa pihaknya tetap mengantisipasi munculnya klaster COVID-19 pascapelaksanaan PTM.
"Kalau ditemukan kasus COVID-19 di klaster PTM, pertama sekolah harus melakukan tindakan segera. Kedua, menutup (sekolah) sementara. Ketiga, setelah menutup sementara terus disemprot disinfektan, maka silakan bukan kembali," tandas Dedi.