BAMAKO - Kementerian luar negeri Mali memanggil duta besar Prancis untuk Bamako pada Selasa (5/10/2021) atas komentar Presiden Emmanuel Macron yang dinilai tidak ramah dan tidak menyenangkan.
Ini adalah insiden terbaru dalam perselisihan antara Mali dan mitra militer utamanya, Prancis, terkait laporan bahwa Bamako dapat merekrut tentara bayaran Rusia saat Paris mengatur ulang misi kontra-terorisme yang beranggotakan 5.000 orang di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Berang dengan Pernyataan Macron, Aljazair Tarik Dubes dari Prancis
Perdana Menteri Mali menuduh Prancis mengabaikan negara itu dalam perang bersama melawan gerilyawan Islamis. Macron pekan lalu menolak tuduhan itu dan mempertanyakan legitimasi otoritas Mali yang mengawasi transisi ke pemilihan setelah dua kudeta hanya dalam waktu setahun.
Sebagai tanggapan, kementerian luar negeri Mali mengatakan telah memanggil duta besar Prancis untuk memberitahunya tentang kemarahan dan ketidaksetujuan pihak berwenang.
BACA JUGA: Pemimpin Kudeta di Mali Asimi Goita Diangkat sebagai Presiden Sementara
Pada pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Abdoulaye Diop "memprotes keras pernyataan (Macron) yang disesalkan, yang kemungkinan akan merusak perkembangan hubungan persahabatan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.
Dikatakan Diop juga menyerukan kedua belah pihak untuk mengambil pendekatan konstruktif dan memprioritaskan melawan pemberontakan di wilayah tersebut.