Pedagang itu mengatakan ketegangan militer tidak terlalu berdampak pada kehidupan sehari-hari kebanyakan orang. Mereka menilai itu hanya "permainan yang dimainkan oleh kelas atas."
"Saya pikir lebih penting untuk mendapatkan uang," katanya.
Liu Ting-ting, reporter yang memberitakan tentang militer di saluran TVBS News Taiwan, mengatakan meskipun ketegangan meningkat di kawasan itu, hal itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
"Orang-orang lebih khawatir tentang ... apakah mereka bisa meletakkan makanan di atas meja setiap harinya," terangnya.
Liu mengatakan meskipun dia tidak ragu ada kemungkinan Beijing akan mencoba mengambil Taiwan dengan paksa jika merasa tidak punya pilihan lain, orang-orang di pulau itu "tidak memiliki suara dalam hal itu."
"Tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang itu," ujarnya.
Liu menggambarkan serangan mendadak militer China sebagai "pertempuran psikologi." Dia mengatakan bahwa keduanya baik Beijing dan Taipei sedang mencoba untuk memproyeksikan kekuatan militer, dan tampaknya China ingin menanamkan rasa takut pada orang Taiwan.
Sikap santai mereka sangat kontras dengan manuver militer baru-baru ini di Selat Taiwan dan pernyataan singkat dari para pemimpin di China daratan dan Taiwan, yang telah diperintah secara terpisah sejak berakhirnya perang saudara lebih dari tujuh dekade lalu.
Pada Oktober ini saja, Beijing telah mengirim lebih dari 150 pesawat tempur ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan (ADIZ), memecahkan rekor harian untuk serangan semacam itu. Taipei pun merespon dengan peringatan radio, pelacakan rudal anti-pesawat, atau pencegatan jet tempur.