Polisi Selidiki Kasus Ujaran Kebencian Usai Pemimpin Hindu Serukan Kekerasan terhadap Muslim

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 25 Desember 2021 12:21 WIB
Polisi selidiki kasus ujaran kebencian terhadap umat Muslim (Foto: Facebook/Devbhoomi Raksha Abhiyan)
Share :

UTTARAKHAND - Polisi di negara bagian Uttarakhand di India utara telah meluncurkan penyelidikan setelah para pemimpin Hindu menyerukan kekerasan terhadap Muslim.

Video dari pertemuan para pemimpin agama Hindu yang menunjukkan pidato provokatif menjadi viral awal pekan ini dan memicu kemarahan.

Acara tersebut berlangsung di kota suci Haridwar antara 17 dan 19 Desember lalu.

NDTV melaporkan salah satu penyelenggara acara Haridwar, Prabodhanand Giri, sering berfoto dengan para pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP). Dalam satu foto, Ketua Menteri Uttarakhand Pushkar Dhami, seorang politisi BJP, terlihat menyentuh kakinya.

Pada acara tersebut, Giri terlihat meminta tentara India, politisi dan Hindu untuk melakukan apa yang dilakukan di Myanmar - mengacu pada kekerasan mematikan terhadap Muslim Rohingya yang menyebabkan eksodus mereka.

Baca juga:  Polda Metro Dalami Laporan Dugaan Ujaran Kebencian Habib Bahar dan Eggi Sudjana

Dia mengatakan kepada NDTV bahwa dia tidak takut pada polisi dan mendukung pernyataannya.

Sementara itu, pembicara lain, Yati Narsinghanand Saraswati, telah membuat beberapa pernyataan anti-Muslim di masa lalu.

 Baca juga: Ujaran Kebencian di Media Sosial Naik 20% Selama Pandemi

Saat berada di Haridwar, dia seperti banyak orang lain, meminta umat Hindu untuk mengambil senjata untuk "melindungi" agama mereka dari Muslim.

Mantan juru bicara BJP Ashwini Upadhyay, yang juga terlihat di acara tersebut, mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di Twitter bahwa dia hanya hadir setengah jam pada hari terakhir.

Upadhyay telah ditangkap pada Agustus lalu terkait dengan unjuk rasa di ibu kota nasional, Delhi, ketika slogan-slogan anti-Muslim dimunculkan.

Video dari acara terpisah yang diadakan di Delhi pada 19 Desember juga menjadi viral di sekitar waktu yang sama dengan yang berasal dari Haridwar.

Di salah satunya, seorang jurnalis yang bekerja di saluran TV sayap kanan terlihat mengucapkan sumpah kepada sekelompok orang untuk "mati dan membunuh" untuk menjadikan India sebagai negara Hindu.

Dia mengaku dirinya mengulangi sumpah yang diambil oleh kaisar Maratha Shivaji pada 1645.

"Pernyataan provokatif seperti itu salah, jadi kami juga meminta agar video tersebut diblokir di media sosial,” terang pejabat senior polisi Ashok Kumar mengatakan kepada BBC Hindi.

Tetapi banyak orang di media sosial mempertanyakan mengapa polisi tidak mendaftarkan kasus terhadap salah satu pembicara dan hanya menyebut Tyagi dalam laporan mereka.

Menanggapi hal ini, Kumar mengatakan kepada The Indian Express bahwa kasus tersebut telah diajukan setelah menerima pengaduan dari seorang penduduk setempat yang hanya bernama Tyagi dan mengatakan bahwa dia tidak dapat mengidentifikasi yang lainnya.

Polisi mengatakan mereka belum membuka kasus sampai Kamis (23/12) karena tidak ada pengaduan resmi sebelumnya. Hingga saat ini belum ada penangkapan. Polisi mengatakan sebuah kasus telah didaftarkan terhadap Tyagi dan "orang lain" yang tidak disebutkan namanya dengan tuduhan "mempromosikan kebencian antar kelompok agama".

Tyagi adalah Waseem Rizvi, seorang Muslim yang mengaku telah masuk agama Hindu dan sekarang dikenal sebagai Jitendra Narayan Tyagi. Dia adalah kepala kontroversial dewan yang mengelola properti milik Muslim Syiah dan awal bulan ini.

Pengguna media sosial, telah mengidentifikasi banyak pembicara dalam video yang merupakan pemimpin agama penting yang sering terlihat bersama para menteri dan anggota partai BJP yan merupakan partai Perdana Menteri Narendra Modi.

Sementara itu, aktivis mengatakan frekuensi kejahatan kebencian terhadap Muslim dan minoritas lainnya telah meningkat sejak 2014, ketika BJP pertama kali berkuasa. Video ujaran kebencian atau kekerasan terhadap Muslim kerap terjadi dan menjadi viral di India.

Kritikus menuduh ini karena dukungan - baik terbuka maupun diam-diam - yang diterima para pelaku dari para pemimpin partai yang berkuasa.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya