Schuster mengatakan memasukkan Taiwan ke RIMPAC akan membantu Angkatan Laut AS mempersiapkan segala kemungkinan di sekitar pulau itu.
"Ini adalah kesempatan (potensial) untuk berlatih bersama unit dan personel angkatan laut Taiwan, mendapatkan hubungan dan pengetahuan yang mungkin terbukti sangat penting jika China memutuskan untuk menyerang Taiwan," terangnya.
Namun dia memperingatkan setiap kehadiran unit militer Taiwan di RIMPAC dapat memicu perpecahan di antara peserta lainnya.
“Karena mengirimkan sinyal politik yang kuat ke China, Beijing akan menekan banyak peserta tradisional Asia, seperti Korea Selatan, Malaysia, Indonesia dan Filipina, untuk menolak undangan atau menolak untuk berpartisipasi dalam latihan dengan unit Taiwan. pikirkan karena China bereaksi keras terhadap sinyal politik," lanjutnya.
AS telah menggunakan latihan RIMPAC sebelumnya sebagai upaya untuk meredakan ketegangan dengan China, mengundang unit Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai peserta pada tahun 2014 dan 2016, ketika Angkatan Laut PLA mengirim lima kapal dan lebih dari 1.200 tentara ke latihan tersebut.