Seperti diketahui, dua republik memisahkan diri yang berbatasan dengan Rusia muncul selama peristiwa tersebut, dan masih menguasai petak-petak wilayah pertambangan batu bara bersejarah Donbass. Perdamaian yang rapuh saat ini di kawasan itu bergantung pada Perjanjian Minsk, yang menurut Moskow tidak dipatuhi oleh pemerintah Kiev.
Selama beberapa minggu terakhir Ukraina dan AS bersikeras bahwa Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina, mengklaim bahwa tidak hanya Donbass, tetapi juga ibu kota Kiev, dapat melihat tank Rusia masuk. Tidak ada bukti dari pemerintah Rusia memiliki rencana invasi pernah dipublikasikan.
Baik Moskow dan Washington sementara itu saling menuduh mempersiapkan operasi bendera palsu di Ukraina timur, yang kemudian akan memicu konflik besar-besaran.
Situasi di sekitar Ukraina telah menyebabkan seminggu pembicaraan tingkat tinggi antara Rusia, AS, NATO dan pejabat OSCE. Moskow mengajukan serangkaian proposal untuk meningkatkan keamanan kolektif di Eropa, yang mencakup jaminan bahwa NATO tidak akan memperluas lebih jauh ke timur. Tuntutan khusus ini telah ditolak oleh AS dan sekutunya.
Pada Sabtu (15/1), mantan sekretaris jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan dalam sebuah wawancara dengan outlet Finlandia Yle bahwa “serangan Rusia akan memicu diskusi di Finlandia dan Swedia mengenai keanggotaan NATO di masa depan.”
Dia mengklaim jika kedua negara mengajukan keanggotaan, blok akan "memutuskannya dalam semalam."
(Susi Susanti)