Kisah-Kisah Perempuan Tangguh Pejuang Kehidupan

Tim Okezone, Jurnalis
Rabu 16 Maret 2022 12:41 WIB
Siyam beternak kambing orang lain dengan sistem bagi hasil. (Foto: ACT)
Share :

JAKARTA – Banyak perempuan tangguh berjuang untuk keluarga, mereka mencari nafkah dan mengurusi anggota keluarga. Salah satu pengalaman itu adalah milik Pur Eka (54) warga Desa Pulo Lor, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Sehari-hari Pur menjadi marbut masjid dengan upah Rp400 ribu per bulan.

Saat ini Pur yang menggantikan suami mencari nafkah. Suami Pur mengalami patah tulang di kaki kanan dan gegar otak akibat kecelakaan kerja sebagai kuli. Selain membiayai makan keluarga, Pur juga membiayai pengobatan suaminya, baik medis atau pun pengobatan tradisional. Ia pun tidak tanggung-tanggung menggunakan uang tabungan bahkan menjual sejumlah barang-barang demi kesembuhan suami.

Selain sebagai marbut, Pur sebenarnya membuka warung kecil di rumah. Namun, barang jualan di warung kian hari kian habis. Tidak ada lagi modal yang bisa diputar untuk kembali berdagang.

“Pernah suatu hari saya ingin beli jajanan pentol (sejenis bakso dari tepung tapioka) yang (penjualnya) lewat di depan rumah. Saya tidak punya uang satu perak pun untuk membelikannya. Saya minta tolong ke penjualnya, saya ambil gelas untuk ditukar dengan pentol,” kata Pur.

Selain Pur, ketegaran juga menjadi jalan hidup Devi warga Desa Ngipik, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Untuk menghidupi keluarganya, Devi menjadi tukang angkut sampah dengan upah Rp1,5 juta per bulan.

Baca juga: Viral Ibu Cari Nafkah dengan 1.000 Pekerjaan! Dari Mencuci hingga Jual Perabotan, Netizen: Cari Duit Itu Ga Gampang

Penghasilan yang tidak mencukupi membuat Devi sempat berutang. Ia tidak punya pilihan selain menjual rumahnya untuk membayar utang tersebut. “Berpisah dengan suami anak tiga dan semuanya sekolah. Untuk membayar biaya sekolah anak dan keperluan sehari-hari,” kata Devi.

Sementara itu, Siyam (70) warga Desa Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang hidup seorang diri di rumahnya yang terbuat dari kayu dan bilik bambu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Siyam beternak kambing milik orang lain dengan sistem bagi hasil.

“Saya sudah tua, kalau kerja yang berat-berat udah enggak kuat. Sekarang yang saya bisa cuma pelihara ayam sama kambing aja," katanya.

Sahabat Dermawan, mari beri dukungan terbaik untuk Pur Eka, Devi, dan Siyam melalui IndonesiaDermawan.id.

Munandar Pulang Kampung Bangun Organisasi Relawan

Erupsi Gunung Sinabung pada 2013 lalu menjadi momentum Akhi Munandar bergabung dengan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Medan. Tiga tahun menjadi relawan di Medan, Munandar pulang kampung ke Aceh dan mendirikan MRI Aceh.

Saat mendirikan MRI Aceh, Munandar mendapat tantangan mensosialisasikan MRI ke seluruh wilayah di Aceh karena wilayahnya yang luas.

“Relawan di Aceh sejak tsunami 2004 banyak, namun tidak terkoordinasi. Akhirnya saya bertekad mendirikan MRI Aceh sebagai wadah. Ada 23 kabupaten atau kota di Aceh, tantangannya harus dikunjungi dari satu wilayah ke wilayah lain,” kata Munandar

MRI Aceh masih kompak hingga saat ini. Menurut Munandar, sejak awal bergabung menjadi relawan, orientasinya bukanlah uang. Ia menjalani kegiatan sebagai relawan dengan riang dan ikhlas.

“Ibarat hobi mancing, kita rela jor-joran mengeluarkan biaya untuk sewa kapal, beli alat-alat pancing, dan meluangkan waktu. Begitu juga kita berorganisasi dan menjadi relawan, kita berikan apa yang kita punya baik tenaga maupun materi,” ujarnya.

Selain hobi, tujuan menjadi relawan untuk mensejahterakan warga Aceh. Kehadiran dan dukungan cabang ACT di Aceh semakin menguatkan kekompakkan 1.500 relawan MRI di Aceh..

Selama menjadi relawan, Munandar tidak akan melupakan satu momen ajakan kemanusiaan. Saat itu, MRI ACeh sedang menggalang dana untuk bencana. salah seorang warga lansia sampai mengejar para relawan karena rumahnya tidak dihampiri.

“Nenek itu bilang ‘kenapa tidak datang ke rumahku? Saya juga sanggup ikut membantu’ Ternyata pengalaman ini juga dirasakan teman-teman relawan lainnya. Bantuan yang diberikan tidak melulu uang, kadang beras. Jadi, semangat warga Aceh untuk memberi sangat luar biasa. Itulah yang menguatkan kami,” katanya.

Warga Kampung Pasirnaga Gotong Royong Bangun Masjid

Masjid Al Falah kini tampak lebih layak dan kokoh sebagai sebuah tempat peribadatan dan sarana belajar ilmu agama. Perasaan bahagia masyarakat Kampung Pasirnaga, Desa Wandasari, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, itu tampak dalam peresmian masjid tersebut pada Rabu (19/1/2022) lalu.

Sebelumnya ketika masyarakat mesti berdesakan ketika salat berjemaah di Masjid Al Falah. Tembok pun terbuat dari anyaman bambu yang ditopang tiang dari kayu. Mereka sebenarnya sudah mengikhtiarkan pembangunan masjid berukuran 4 x 5,5 meter tersebut, namun pembangunan kala itu sulit terselesaikan.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) kemudian membantu pembangunan Masjid Al Falah. Selain itu ada YBM PLN UP3 Tasikmalaya, DKM Bea Cukai Tasikmalaya, Socia Boutique dan dermawan lain yang turut andil dan mengambil peran dalam pembangunan masjid ini. Sekarang mereka bisa dengan leluasa dan nyaman dalam menjalankan segala bentuk aktivitas ibadah dan belajar. Kelengkapan MCK dan tempat wudu yang layak pun, melengkapi kehadiran bangunan masjid.

Pramono Budi Prakoso sebagai Deputy Branch Manager BTN Syariah Tasikmalaya yang merupakan salah satu mitra dalam pembangunan ini, menyampaikan kesan baik. “Saya mengucapkan terima kasih karena ACT sudah sangat tepat menunjukan masjid yang sama-sama perlu kita bangun. Insyaallah kolaborasi ini melahirkan banyak manfaat untuk semuaya,” ungkapnya.

Een salah satu warga yang mewakafkan tanah untuk Masjid Al Falah ini menyampaikan rasa haru dan bahagia. Karena mimpinya untuk membangun masjid yang layak bersama masyarakat setempat telah terwujud.

“Bisa dibayangkan, dahulu kalau mau salat harus berdesakan, apalagi kalau bulan Ramadan. Sebagian jemaah harus ke tempat lain karena enggak muat. Sekarang masjidnya udah tembok, permanen dan luas, insyaallah bisa menampung jumlah jemaah,” jelas Een.

M. Fauzi Ridwan dari Tim program ACT Tasikmalaya, memberikan apresiasinya kepada seluruh mitra yang terlibat. “Alhamdulillah luar biasa berkat rahmat Allah SWT dan ikhtiar bergotong-royong ini, terwujud masjid yang layak bagi warga Pasir Nagara. Terima kasih kepada seluruh mitra dermawan yang terlibat, semoga Allah catat sebagai amal baik untuk kita semua,” harap Fauzi.

(Qur'anul Hidayat)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya