Regulator kelistrikan negara itu telah mendesak lebih dari satu juta pegawai pemerintah untuk bekerja dari rumah guna menghemat bahan bakar.
“Kami mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk mengizinkan sektor publik, yaitu sekira 1,3 juta karyawan, untuk bekerja dari rumah selama dua hari ke depan sehingga kami dapat mengelola kekurangan bahan bakar dan listrik dengan lebih baik,” kata Janaka Ratnayake, ketua Utilitas Publik Komisi Sri Lanka kepada kantor berita Reuters.
Di tengah krisis ekonomi terburuk negara itu dalam beberapa dekade, cadangan devisa telah turun 70 persen dalam dua tahun terakhir dan turun menjadi USD2,31 miliar per Februari, membuat Sri Lanka berjuang untuk mengimpor kebutuhan pokok, termasuk makanan dan bahan bakar.
Dia mengatakan bahwa pemadaman listrik yang berlarut-larut pada Rabu sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah untuk membayar USD52 juta untuk pengiriman diesel 37.000 ton yang sedang menunggu untuk dibongkar muat.
"Kami tidak memiliki valas untuk dibayar," katanya, memperingatkan lebih banyak pemadaman listrik selama dua hari ke depan. “Itulah kenyataannya.”
(Rahman Asmardika)