Menurutnya, waktu empat jam membaca Alquran sehari itu merupakan keinginan para warga binaan. Mengingat selama Ramadan ini beberapa kegiatan reguler di Lapas perempuan dikurangi, sehingga digantikan tadarus Alquran setiap harinya.
"Itu tergantung anak-anak maunya seperti itu, supaya bisa khatam sebanyak mungkin, pertimbangannya seperti itu kami hanya memfasilitasi," ucapnya.
Tri Anna menuturkan, ada sebanyak 61 warga binaan yang rutin mengikuti kegiatan tadarus di Aula Kartini ini. Sisanya para warga binaan lainnya yang beragama islam tetap diwajibkan membaca Alquran di blok masing-masing dengan pengawasan dan penilaian dari pihak Lapas. Dimana setiap penilaian yang dilakukan akan mempengaruhi dari hak integrasi yang diterima setiap warga binaan.
"Yang lainnya di kamar masing-masing mereka juga banyak yang melakukan. Kalau di kamar mungkin bisa lebih khusu', kemudian banyak bisa melakukan aktivitas lainnya, jadi nggak mengganggu teman lainnya. (Kalau pemberian bonus untuk ikut tadarus) tidak ada, hanya akan mempengaruhi penilaian dalam anak anak memperoleh hak integrasi," ungkap dia.
Selain membaca Alquran atau tadarus Alquran yang dikoordinir para warga binaan, dikatakan Tri Anna pihak Lapas juga mengadakan pembinaan spiritual berupa pondok pesantren selama Ramadan dengan mendatangkan ustad atau tokoh agama.
Sementara itu seorang warga binaan Asia Iriani mengungkapkan, selama berada di Lapas Perempuan dirinya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang ditambah selama Ramadan, mulai tadarus Alquran, berbuka puasa, salat tarawih berjamaah hingga ceramah keagamaan. Menurutnya, ada banyak manfaat yang didapatnya selama berada di dalam Lapas Perempuan Kelas II A Malang dari sisi spiritual.
"Selama menjalani tahanan di sini banyak manfaat yang saya rasakan. Selama kami mengikuti tadarus di lapas ini insyaallah kadang-kadang satu bulan itu kita bisa khatam 20an - 30 kali," ucap perempuan yang tersangkut kasus suap DPRD Kota Malang tahun 2018 lalu.