Diwartakan Reuters, lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada 2017 untuk menghindari tindakan keras yang dipimpin militer yang menurut penyelidik PBB dilakukan dengan "niat genosida" dan termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan.
Myanmar telah membantah kekejaman yang meluas, membingkai kekerasan sebagai tanggapan terhadap serangan oleh militan Rohingya.
Tujuan utama pengungsi Rohingya lainnya adalah Malaysia, negara berpenduduk mayoritas Muslim yang dipandang simpatik meski tidak secara resmi diakui di sana sebagai pengungsi.
Sekira 630 orang Rohingya telah mencoba perjalanan laut melintasi Teluk Benggala antara Januari hingga Mei tahun ini, kata UNHCR, mencatat bahwa perempuan dan anak-anak merupakan 60% dari penyeberangan laut.
"Tragedi terbaru menunjukkan sekali lagi rasa putus asa yang dirasakan oleh Rohingya di Myanmar dan di kawasan itu," kata Indrika Ratwatte, Direktur UNHCR untuk Asia dan Pasifik, dalam sebuah pernyataan.
(Rahman Asmardika)