Pemerintah China selalu membantah telah melakukan pemaksaan terhadap umat Islam dari etnis Uighur.
"Yang benar adalah pendidikan dan pusat pelatihan di Xinjiang adalah sekolah-sekolah untuk membantu orang-orang membebaskan diri mereka dari ekstremisme," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pada 2019.
Klaim pemerintah China bahwa kamp-kamp pendidikan ulang yang dibangun di Xinjiang sejak 2017 tidak lebih dari "sekolah-sekolah" berlawanan dengan beragam instruksi internal kepolisian, jadwal penjagaan sipir, dan foto-foto tahanan yang belum pernah terlihat.
Rangkaian dokumen tersebut memperlihatkan bukti terkuat hingga saat ini mengenai rantai komando yang berujung ke Presiden Xi Jinping.
Terungkap pula kebijakan yang mengincar hampir semua praktik identitas Uighur, budaya, dan keyakinan Islam.
Sebagai contoh, seorang pria dianggap "punya kecenderungan agama yang kuat" karena tidak minum alkohol dan merokok. Dia lantas dipenjara selama 10 tahun atas tuduhan terorisme. Akan tetapi, ibunya masuk daftar tahanan karena "kejahatan" putranya.
Melalui kumpulan data ini, terkuak bahwa China menggunakan kamp-kamp "pendidikan ulang" dan penjara-penjara formal sebagai dua sistem yang terpisah namun terhubung guna memenjarakan etnis Uighur secara massal.