MAKASSAR - Geopark Maros-Pangkep Sulawesi Selatan menjadi kawasan wisata kebanggaan masyarakat, bukan hanya Sulsel tetapi juga Indonesia dan selangkah lagi menjadi UNESCO Global Geopark atau warisan dunia UNESCO.
Asesmen dari UNESCO yang telah lama dinantikan kini telah di depan mata. Mulai 14-18 Juni 2022, Asesor UNESCO akan berada di Sulawesi Selatan untuk memberikan penilaian terhadap kawasan seluas 5.251 km persegi tersebut, terbentang dari Kabupaten Maros-Pangkep.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengharapkan hasil terbaik dari penilaian para Asesor UNESCO yang sebelumnya dijadwalkan pada tahun 2021 lalu, namun karena pandemi Covid-19 giat tersebut harus diundur ke tahun 2022.
Geopark Maros-Pangkep diharapkan bisa menjadi bagian dari warisan dunia atau UNESCO Global Geopark dengan kekayaan peninggalan jejak sejarah dan bentangan karst terbesar ke dua di dunia.
Lebih dari itu, Geopark Maros-Pangkep yang dilengkapi dengan warisan cagar budaya berupa temuan lukisan cadas tertua di dunia dengan umur 45 ribu tahun diharapkan menjadi kiblat bagi para geolog dan konservasionis.
Baca juga: Sandiaga Uno Ajukan Geopark Maros Pangkep ke UNESCO
"Di sana, masih dilakukan penelitian hingga sekarang. Kita harap Geopark Maros-Pangkep tidak hanya jadi warisan dunia UNESCO, tapi juga jadi kota suci bagi para geolog untuk penelitian arkeologi," ungkap GM Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep Dedy Irfan, dikutip dari Antara.
Geopark Maros-Pangkep adalah salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata di Sulawesi Selatan, khususnya wisata alam dan petualangan yang didasari oleh kekayaan alam geodiversity (geologi), biodiversity (flora fauna) dan cultural diversity (budaya) yang bertaraf Internasional.
Adapun jumlah populasi manusia yang mendiami Kawasan sebesar 665.000 jiwa bersuku Bugis dan Makassar.
Geopark Maros-Pangkep menjadi salah satu kandidat dari dua kawasan wisata yang diajukan Pemerintah Indonesia kepada UNESCO sebagai warisan dunia. Wisata lainnya ialah Gunung Ijen di Jawa Timur.
Indonesia memiliki 14 nasional Geopark dan enam di antaranya telah tercatat sebagai Geopark UNESCO. Sementara tahun 2019, Pemerintah Indonesia mengusulkan dua nama kawasan untuk diajukan menjadi Geopark UNESCO yakni Geopark Maros-Pangkep dan Gunung Ijen.
"Sebelumnya, telah dilakukan asesment dan Geopark Maros-Pangkep menempati tempat nomor 1 untuk diusulkan ke UNESCO," kata Dedy.
Secara profil, kawasan ini mempertontonkan perbukitan dengan menara (tower) Karst terluas ke dua di dunia, di dalamnya terdapat sangat banyak spot wisata air terjun dan bentang alam (landscape) yang indah di antaranya TWA Bantimurung, Air Terjun Lengang, Kawasan Pattunuang, Air Terjun Lacolla serta 400 lebih gua dengan ornamen yang mempesona setelah proses pembentukan jutaan tahun.
Gua-gua ini diperkuat dengan peninggalan manusia prasejarah sebagai warisan budaya berupa lukisan dinding gua tertua di dunia dengan umur 45 ribu tahun.
Keberadaan Kawasan Konservasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang telah mengidentifikasi Flora Fauna Endemik, termasuk 240 spesies kupu-kupu di kawasan ini mengukuhkan area tersebut dengan julukan The Kingdom of Butterfly serta menjadikan kehadiran naturalis dunia yang terkenal ALlfred Russel berdiam di kawasan ini.
Adanya batuan lantai dasar samudera (6000 km di bawah permukaan bumi) yang tersingkap di permukaan dengan umur 150 juta tahun di Kawasan Bantimala, Pangkep semakin mengukuhkan kekayaan geodiversity kawasan ini.