26 Tahun Kudatuli, Ini 5 Aktivis PRD yang Sempat Jadi Kambing Hitam

Solichan Arif, Jurnalis
Rabu 27 Juli 2022 16:03 WIB
Sejumlah aktivis PRD (Foto : Repro)
Share :

2. Dita Indah Sari

Ketua Umum Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), yakni organ sayap PRD ini ditangkap saat memimpin aksi pemogokan 5.000 buruh PT Indoshoes Inti Industry.

Dita yang kelahiran 1973 dari keluarga Golkar, yakni ayahnya anggota DPRD Sumatera Utara Fraksi Golkar, mengajak buruh sepatu Reebok dan Adidas menuntut kenaikan upah dan cuti hamil.

Pada 23 April 1997, bersama Coen Husein Pontoh dan Mohammad Soleh, kawan sesama pergerakan, Dita dijatuhi vonis 4 tahun penjara oleh hakim Pengadilan Negeri Surabaya.

Begitu bebas, Dita Indah Sari kembali berada di tengah massa buruh dan mendirikan organ baru dengan nama Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI). Pada tahun 2001 Dita mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award. Dita yang kemudian bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), saat ini menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah.

3. Andi Arief

Pimpinan SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi ) cabang Yogyakarta ini menjadi salah satu aktivis yang diburu paska meletusnya peristiwa Kudatuli.

Pada 28 Maret 1998, Andi Arief hilang bersama sejumlah aktivis lainnya. Mereka menjadi korban penculikan. Setelah menandatangani surat penahanan dari kepolisian, pada 14 Juli 1998, Andi Arief kembali muncul.

Pada pemilu tahun 2004, Andi Arief yang juga pernah menginisiasi berdirinya Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa (Tegaklima) itu, bergabung dalam tim pemenangan pasangan SBY-Jusuf Kalla.

Dua tahun kemudian saat SBY menjabat presiden RI, Andi Arief dipercaya menjadi Komisaris PT Pos Indonesia. Pada tahun 2009 ia ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.

Saat ini, mantan aktivis 98 asal Bandar Lampung 20 November 1973 itu menjabat sebagai wakil sekjen Partai Demokrat.

4. Faisol Reza

Saat Kudatuli meletus dan banyak aktivis PRD yang diburu dan ditangkapi, Faisol Reza dilimpahi tanggung jawab menjaga eksistensi PRD di wilayah Semarang, Yogya dan Solo. Bahwa organisasi harus tetap hidup.

Bersama Andi Arief dan Nezar Patria, Faisol Reza terus melakukan konsolidasi bawah tanah. Mereka bertiga memimpin Komite Pimpinan Pusat (KPP). Budiman Sudjatmiko secara definitif memang tetap sebagai ketua umum.

Namun karena posisinya dipenjara dan tidak leluasa bergerak, Budiman kemudian melimpahkan mandat memimpin organisasi PRD kepada KPP.

“Untuk menyembunyikan identitas Andi memakai nama Mirah Mahardika dan Nezar pakai nama Rizal Ampera,” tulis Miftahuddin dalam buku Radikalisasi Pemuda, PRD Melawan Tirani.

Faisol Reza kelahiran Madura 1 Januari 1973 dan memiliki latar belakang pondok pesantren. Saat memasuki masa kuliah ia mengambil kuliah di dua tempat sekaligus, yakni UGM dan IAIN Sunan Kalijaga.

Paska meletusnya Kudatuli, Faisol Reza termasuk aktivis yang masuk dalam daftar buruan rezim orde baru. Pada 12 Maret 1998 ia diculik, dan setelah mengalami penyekapan 20 hari, pada 28 April 1998 dibebaskan.

Pada tahun 2018, Faisol Reza memutuskan bergabung dengan PKB dan menjabat sebagai Wasekjen. Pada Pemilu Legislatif 2019, ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari dapil Jawa Timur dan ditunjuk sebagai Ketua Komisi VI DPR RI (2019-2024).

Sebelumnya Faisol Reza juga pernah menjabat sebagai Staff Khusus Kementerian Pemuda dan Olahraga (2014-2017) dan Staff Khusus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2009-2014).   

5.  Nezar Patria

Sekjen Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) ini juga menjadi korban penculikan. Paska peristiwa Kudatuli meletus, Nezar Patria termasuk aktivis yang masuk daftar hitam perburuan rezim orde baru.

Seperti nasib kawan-kawannya yang masih beruntung. Setelah mengalami penyekapan dan penyiksaan beberapa hari, Nezar akhirnya dibebaskan.

Berbeda dengan kawan-kawannya yang kemudian terjun ke dalam partai politik. Nezar Patria memilih menekuni dunia jurnalis hingga menjadi pimpinan sejumlah media massa.

Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo menetapkan Nezar Patria sebagai anggota Dewan Pers yang kedua, yakni periode 2016-2019. Sebelumnya pada periode 2013-2016 ia juga menjabat sebagai Dewan Pers.

Sejak tahun 2020 hingga sekarang, laki-laki kelahiran Aceh 5 Oktober 1970 dan pernah kuliah di Fakultas Filsafat UGM itu menjabat sebagai Direktur Kelembagaan Pos Indonesia. 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya