"Itu hanya juga sebagai sarana bagi yang percaya dapat dikabulkan cita-citanya. Air ini hanyalah sugesti atau perantara saja,"ujar dia.
Sejatinya, lanjut Ngadiman, yang mengabulkan harapan seseorang adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi masih ada masyarakat yang masih percaya dengan hal ini. Air dalam gentong tersebut berisi air dari lokasi yang memiliki keistimewaan.
Air tersebut diambil dari 7 sumber petilasan Wali Songo. Air-air tersebut diambil dalam satu waktu yang kemudian diawetkan. Ditambah dengan berbagai air suci dari berbagai sumber mata air di Gunungkidul yang tak pernah kering meskipun musim kemarau.
Menurutnya selain makna religius, kirab pusaka dan kuras gentong juga terselip tujuan luhur. Adapun tujuannya salah satunya untuk menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia melalui sikap kekeluargaan dan kegotong royongan dalam karya bersama.
Ki Joko Narendro menambahkan, kegiatan ini hanyalah sebuah event budaya dalam rangka melestarikan tradisi masyarakat yang berkembang selama ini. Sehingga kombinasi antara ajaran Agama Islam dengan tradisi budaya Jawa nampak dalam ritual malam 1 Suro ini.
Terkait dengan pusaka, empat jenis pusaka tersebut menunjukkan khasanah kekayaan budaya Jawa. Di mana masing-masing pusaka memiliki simbol dan makna yang berbeda. Dan masing-masing pusaka memiliki riwayat dan tujuan pembuatannya.
"Seperti payung ya, warna dan unsurnya perbedaan jabatan. Kalau dari sisi spiritual memiliki makna Mengayomi," terangnya.
Baca juga: Mengenal Berbagai Tradisi Malam 1 Suro, Perayaan Sakral bagi Masyarakat Jawa
(Fakhrizal Fakhri )