Perempuan-Perempuan di Papua Nugini Dituduh Gunakan Sihir, Korban Dibakar hingga Disalib di Jalanan

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 08 September 2022 06:55 WIB
Monica Paulus, perempuan yang sempat dituduh pengguna sihir yang kini bangkit membela perempuan di Papua Nugini untuk tuduhan serupa/ Foto: BBC
Share :

JAKARTA - Ketika ayah Monica Paulus jatuh dan meninggal dunia karena serangan jantung, saudara laki-lakinya menuduh Monica telah membunuh ayah mereka menggunakan sihir.

"Mereka berteriak di muka saya: 'Kamu membunuhnya'," kata Monica dilansir dari BBC, Kamis (8/9/2022).

 BACA JUGA:Komnas HAM Benarkan Mundurnya Usman Hamid dari Tim Ad Hoc Pengusutan Kasus Munir

Ketika ayah Monica Paulus jatuh dan meninggal dunia karena serangan jantung, saudara laki-lakinya menuduh Monica telah membunuh ayah mereka menggunakan sihir.

Monica diancam akan dibunuh dengan siksaan

"Itu mengejutkan saya. Semua teman yang saya miliki, semua keluarga, mereka berpaling dan membuat saya merasa seperti orang jahat," katanya. "Ketika mereka menuduh, saya bisa merasakan rasa malu, stigma."

Dia terpaksa meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di pengasingan di provinsi lain di Papua Nugini, sebuah negara pulau di Pasifik barat daya.

Tapi cerita Monica tidak unik di Papua Nugini, ada yang jauh lebih buruk. Kekerasan terkait tuduhan sihir (sorcery accusation related violence - SARV) marak di Papua Nugini.

Meskipun tidak ada data tersedia yang dapat dipercaya untuk mengetahui seberapa sering hal itu terjadi, angka pemerintah mengatakan ada sekitar 6.000 insiden dalam 20 tahun terakhir.

Namun perkiraan menunjukkan, angka ini lebih tinggi, dengan ribuan korban, biasanya perempuan dan anak perempuan, dituduh setiap tahun. Mereka sering menjadi sasaran kekerasan brutal dan seksual.

Tuduhan sering mengikuti terjadinya kematian mendadak atau penyakit yang tidak dapat dijelaskan.

"Kita berbicara tentang tingkat kekerasan yang ekstrem, yang terburuk yang pernah saya lihat," kata Stephanie McLennan, manajer inisiatif senior Asia di Human Rights Watch, yang telah bekerja secara ekstensif dalam isu SARV.

"Ada serangan massa yang sangat kejam dan korban ditawan, disiksa, dibakar dengan batang besi, pakaian mereka ditelanjangi, dan mereka dibunuh. Benar-benar biadab."

Kasus Mary Kopari menjadi berita utama internasional tahun ini ketika dia dibunuh secara brutal setelah kematian anak laki-laki berusia dua tahun.

Mary sedang menjual kentang di pasar ketika massa menangkapnya dan membakarnya hidup-hidup.

Tidak ada pelaku yang ditangkap, meskipun insiden itu direkam dan diberitakan oleh media lokal.

Beberapa perempuan lain juga menjadi sasaran tetapi berhasil melarikan diri ke hutan, kata McLennan.

Disalibkan di jalanan

Ketika Monica menghadapi tuduhan sihir, beruntung dia bisa melarikan diri.

"Saat mereka menuduh saya membunuh dengan sihir, saya dibatasi. Mereka tidak membutuhkan bukti.

"Saya dilarang menghadiri pemakaman ayah, saya tidak bisa ambil bagian sama sekali. Saya tahu saya tidak lagi mendapat tempat di keluarga, komunitas, atau suku saya," kenangnya.

Monica percaya kakaknya adalah orang yang menuduhnya melakukan sihir sehingga bisa mewarisi rumah.

Tetapi tidak semua tuduhan memiliki motif keuangan, banyak yang berasal dari keyakinan yang mengakar.

"Sihir begitu mendarah daging pada manusia," jelas Monica.

"Bahkan ketika saya masih kecil, ada pembunuhan, tetapi itu diterima di masyarakat - meskipun penyiksaan yang mereka alami tidak separah sekarang."

"Sebelumnya mereka membunuh secara diam-diam, sekarang perempuan dibawa ke jalan dan disalibkan. Ini benar-benar tidak manusiawi," ucapnya.

Perburuan penyihir modern tidak hanya terjadi di Papua Nugini, negara-negara lain seperti Arab Saudi, Gambia dan Nepal juga mengalami insiden mirip SARV, menurut Institut Internasional untuk Kebebasan Beragama.

Membela korban

Setelah pengalaman itu, Monica mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi orang lain dari perburuan penyihir.

 BACA JUGA:Santri yang Meninggal di Ponpes Gontor akan Diautopsi Hari Ini

"Saya telah melihat perubahan dari waktu saya mengerjakan masalah ini, tetapi saya tidak melihat perubahan besar, terutama dengan virus corona," katanya.

Ketika tinggal di pengasingan, di bagian lain Papua Nugini, Monica mengatakan dia melihat seorang perempuan dirajam sampai mati di lapangan umum.

Seorang pria telah berusaha memperkosanya sehingga dia menggigit lidahnya, dan dia menuduhnya sebagai penyihir.

"Dia dibunuh di depan pejabat pemerintah yang hanya menyaksikan itu terjadi," katanya. "Saya tahu pada saat itu saya harus melakukan sesuatu."

Monica ikut mendirikan Gerakan Pembela Hak Asasi Perempuan Dataran Tinggi (Highlands Women Human Rights Defenders Movement), dan memperkirakan telah menyelamatkan lebih dari 500 orang dalam 15 tahun sejak mereka mulai membantu para korban SARV.

Para relawan membantu dalam berbagai cara, termasuk relokasi, menyediakan makanan dan nasihat hukum untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.

(Nanda Aria)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya