Ratu Elizabeth II Meninggal, Ini Perjalanan Penobatan Tahtanya

Tim Okezone, Jurnalis
Sabtu 10 September 2022 02:03 WIB
Ratusan Elizabeth II (Foto : newsisland.com)
Share :

Saat Perang Dunia II berakhir, ia menyelinap keluar dari Istana Buckingham dengan mengenakan seragam dan merayakan kemenangan sekutu bersama rakyat biasa di dekat kantor perdana menteri tanpa dikenali.

"Kami bertanya pada orang tua saya apakah kami bisa pergi ke luar dan melihat kemeriahan yang terjadi. Saya ingat kami sangat takut dikenali. Saya ingat berbaris dengan orang-orang yang tidak saya kenal bergandengan dan berjalan di Whitehall, kami semua tersapu kebahagiaan dan kelegaan," kata Elizabeth dilansir BBC Indonesia.

Pernikahan calon ratu

Setelah perang, keinginannya untuk menikahi Pangeran Philip menghadapi sejumlah tantangan.

Raja berpikir ia masih terlalu muda dan Philip harus mengatasi prasangka karena beberapa kerabatnya yang berkebangsaan Jerman mendukung rezim Nazi walapun rekor pribadinya pada masa perang sangat baik.

Sejumlah pihak juga tidak menyetujui seorang letnan Angkatan Laut yang muda dan biasa-biasa saja menikah dengan pewaris tahta Inggris, dan mereka menyebut Philip 'kasar'.

Tetapi Elizabeth tetap pada tekadnya dan setelah kunjungan Keluarga Kerajaan ke Afrika Selatan pada 1947, Raja akhirnya menyetujui pernikahan mereka.

Pernikahan yang berlangsung pada November 1947 itu, menurut Winston Churchill, adalah sebuah 'kilatan warna' di Inggris pascaperang yang suram.

Duke of Edinburgh -begitulah gelar Pangeran Philip setelah menikah- tetap menjadi prajurit dan sempat bertugas di Malta. Pasangan muda ini juga tetap bisa menikmati kehidupan normal.

Penobatan Tahta

Anak pertama mereka, Charles, lahir pada 1948 disusul oleh adiknya, Anne, yang lahir tahun 1950.

Tetapi Raja yang mengalami tekanan berat selama perang terbaring sakit karena kanker paru-paru akibat kebiasaan merokoknya sejak muda.

Pada Januari 1952, Elizabeth yang berusia 25 tahun, dan Philip meninggalkan istana untuk melakukan lawatan ke luar negeri.

Meski dilarang oleh dokter, Raja George VI tetap ikut ke bandara untuk mengantar mereka dan ternyata saat itu terakhir kalinya Elizabeth melihat ayahnya.

Elizabeth mendengar kematian raja ketika tinggal di sebuah pondok berburu di Kenya dan langsung kembali ke London untuk menjadi ratu yang baru.

Ia mengenang momen itu beberapa tahun kemudian.

"Saya tidak punya bekal apa-apa, ayah saya meninggal terlalu cepat, jadi hal itu merupakan sesuatu yang sangat mendadak dan saya harus melakukannya sebaik mungkin."

Atas keinginannya sendiri, penobatannya pada Juni 1953 disiarkan di televisi dan jutaan orang menyaksikan Ratu Elizabeth II mengucapkan sumpahnya.

Krisis Suez

Pada masa-masa awal kepemimpinannya, Inggris berada dalam situasi pascaperang yang sulit dan dan banyak pengamat berpendapat bahwa penobatannya sebagai era baru Elizabeth.

Perang Dunia II telah mempercepat berakhirnya pendudukan Kerajaan Inggris di beberapa tempat dan saat ratu yang baru mengunjungi negara-negara Persemakmuran pada bulan November 1953, banyak negara bekas koloni Inggris, termasuk India, yang memperoleh kemerdekaan.

Elizabeth juga menjadi penguasa pertama Persemakmuran yang mengunjungi Australia dan Selandia Baru. Dalam kunjungan ke Australia, diperkirakan tiga perempat penduduk ke luar dari rumahnya untuk bisa melihat Ratu Elizabeth II secara langsung.

Sepanjang 1950-an, semakin banyak negara yang menurunkan Bendera Persemakmuran dan wilayah-wilayah bekas koloni itu kemudian membentuk sebuah kesatuan sendiri.

Menurunnya pengaruh Inggris agaknya semakin dipercepat oleh sengketa Suez tahun 1956 ketika jelas bahwa persemakmuran tidak memiliki niat kolektif untuk mengambil tindakan bersama saat krisis.

Suez memicu pengunduran diri Perdana Menteri Anthony Eden, yang menempatkan Ratu di tengah krisis politik.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya