BAKU - Bentrokan meletus antara pasukan Azerbaijan dan Armenia, kantor berita Rusia melaporkan Selasa, (13/9/2022) pagi, dalam dimulainya kembali permusuhan puluhan tahun terkait wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Azerbaijan, yang mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Nagorno-Karabakh dalam konflik enam minggu pada 2020, mengakui adanya korban di antara pasukannya. Armenia tidak menyebutkan adanya korban, tetapi mengatakan bentrokan berlanjut semalaman.
Pemerintah Armenia mengatakan akan meminta perjanjian kerja sama dengan Rusia dan mengajukan banding ke blok keamanan yang dipimpin Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, serta Dewan Keamanan PBB, Interfax melaporkan.
Selain Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah memanggil Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken untuk membahas situasi tersebut.
"Beberapa posisi, tempat perlindungan dan titik-titik yang diperkuat dari angkatan bersenjata Azerbaijan... berada di bawah tembakan intens dari senjata berbagai kaliber, termasuk mortir, oleh unit-unit tentara Armenia," demikian dilaporkan media mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan.
"Akibatnya, ada kerugian personel dan kerusakan infrastruktur militer."
Pernyataan Azerbaijan mengatakan pasukan Armenia telah terlibat dalam kegiatan intelijen di perbatasannya, memindahkan senjata ke daerah itu dan pada Senin, (12/9/2022) malam telah melakukan operasi pembersihan ranjau.
BACA JUGA: Putin: Hampir 5.000 Orang Tewas dalam Konflik di Nagorno-Karabagh
Kementerian mengatakan telah mengambil tindakan "bersifat lokal yang ditujukan untuk sasaran militer", demikian diwartakan Reuters.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan: "Penembakan intensif terus berlanjut - dimulai sebagai akibat dari provokasi skala besar oleh pihak Azerbaijan. Angkatan bersenjata Armenia telah meluncurkan respons yang proporsional."