Dukung Kebijakan Satu China, Putin: Rusia Hargai 'Posisi Seimbang' China di Ukraina

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 16 September 2022 11:06 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping (Foto: Antara/Reuters)
Share :

SAMARKAND - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa Moskow mendukung kebijakan "Satu China" dan menghargai "posisi seimbang" China di Ukraina.

Kedua pemimpin tersebut bertemu di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Uzbekistan, pada Kamis (15/9/2022). Itu adalah pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari.

"Kami sangat menghargai posisi seimbang dari rekan China kami dalam hal krisis Ukraina. Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran Anda tentang hal ini. Selama pertemuan hari ini, kami tentu saja akan menjelaskan posisi kami," kata Putin dalam pidato pembukaan yang disiarkan televisi pada pertemuan bilateral tersebut, dikutip Antara.

Baca juga: Kanselir Jerman: Putin Tidak Melihat Perang Sebagai Kesalahan

Rusia telah mendekati China sejak mengirim angkatan bersenjata ke Ukraina--sebuah keputusan yang memicu rentetan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow.

Baca juga: Jelang Pembicaraan Biden-Xi, AS Peringatkan Risiko 'Kecelakaan Besar' di Laut China Selatan 

Putin juga menyatakan dukungannya terhadap posisi Beijing dalam apa yang dianggap analis sebagai aliansi anti AS dan anti Barat.

Pernyataan Putin merujuk pada ketegasan Beijing agar negara-negara lain tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Beijing mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari China.

"Kami bermaksud untuk secara tegas mematuhi prinsip 'Satu China'," terangnya.

Dia menambahkan bahwa Rusia “mengutuk provokasi oleh Amerika Serikat dan satelit mereka di Selat Taiwan”, yang mungkin merujuk pada kapal perang Angkatan Laut AS yang berlayar melalui perairan internasional di Selat Taiwan pada 27 Agustus lalu.

AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi terikat oleh hukum untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.

Sementara China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya