Kisah Perempuan Penyintas 1965 Diasingkan di Kamp Khusus Tapol

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 29 September 2022 07:07 WIB
Kisah perempuan penyintas 1965 saat diasingkan di kamp khusus tapol. (BBC)
Share :

SETIDAKNYA 500 tahanan politik perempuan yang tersangkut Peristiwa 65 "diasingkan" di Inrehab Plantungan, bekas rumah sakit lepra era kolonial Belanda di Jawa Tengah, yang dijadikan kamp rehabilitasi khusus tapol perempuan. Berikut ini adalah kisah mereka.

Melansir BBC, perjalanan ke Plantungan ditempuh melewati jalanan berliku selama sekitar tiga jam berkendara dari Yogyakarta ke Kendal di Jawa Tengah.

Di kanan kiri didominasi persawahan dan kebun kopi yang tumbuh di sela hutan pinus, sesekali ditemui deretan rumah warga. Bahkan dalam kondisi sekarang, daerah di lembah Gunung Prahu ini tergolong terpencil.

Sepanjang perjalanan, Endang Mudjiati dan Yosephina Endang Lestari saling bertukar kisah, menapak tilasi tempat yang pernah menjadi "rumah" mereka selama delapan tahun, hingga pembebasan pada 1979.

Pada April 1971, lebih dari 50 tahun lalu, bangunan bekas rumah sakit bagi penderita lepra ini menjadi tempat reedukasi bagi ratusan tahanan politik (tapol) perempuan yang terlibat Peristiwa 65.

Kompleks bangunan yang terkesan damai dan tenang di lokasi berhawa sejuk itu pun berubah bak Pulau Buru bagi tahanan perempuan.

Kendati berada di alam bebas, para tapol merasakan ironi karena terkungkung kawat berduri.

"Sekarang pun juga masih [terkungkung], meskipun sudah bebas tapi kalau mau apa-apa masih ada kendala," aku Endang.

Setidaknya 500 tapol perempuan yang dikategorikan golongan B — mereka yang dianggap terlibat secara tidak langsung dengan apa yang disebut sebagai G30S, namun aktif dalam organisasi yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) — diasingkan di Kamp Plantungan.

Pada tahun 1976 hingga 1979, mereka dibebaskan secara bertahap, tapi trauma mental dan stigma sosial masih tersisa hingga saat ini, di usia senja mereka.

Ini adalah kisah mereka, yang masa mudanya terenggut oleh Peristiwa 65 dan dihabiskan di "pengasingan".

Apel tengah malam

Kisah Yosephina Endang Lestari di Kamp Plantungan bermula enam tahun sebelumnya, tepatnya pada 27 November 1965, ketika pada dini hari ia "diambil" untuk menjalani pemeriksaan. Usianya saat itu masih 20 tahun.

Sejak malam itu, ia berpindah dari tahanan satu ke tahanan yang lain tanpa proses pengadilan.

Mulai dari Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Benteng Fort Willem di Ambarawa — keduanya adalah benteng peninggalan Belanda yang dijadikan tempat penahanan tapol Peristiwa 65.

Ia kemudian dipindahkan ke Penjara Bulu di Semarang dan berakhir di Kamp Plantungan. Endang termasuk dalam rombongan pertama tapol perempuan dari Semarang yang dipindahkan ke Kamp Plantungan pada 1971.

"Kalau dibandingkan dengan di Bulu, kan Bulu penjara, jadi semua tertutup tembok, yang dilihat cuma itu-itu saja.

"Kalau di situ [Plantungan] bisa melihat pepohonan yang besar-besar. Temboknya bukan tembok tapi kawat berduri, lebih luas lagi. Hawanya lebih enak," tutur Endang menggambarkan kesan pertamanya tentang tempat itu.

Di Plantungan, para tapol menempati kompleks bangunan bekas rumah sakit yang telah lama terbengkalai.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya