Kisah Perwira Muda Kopassus saat Penumpasan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulsel

Tim Okezone, Jurnalis
Rabu 05 Oktober 2022 08:12 WIB
Kisah perwira muda Kopassus saat penumpasan pemberontakan Kahar Muzakkar. (Dok Kopassus)
Share :

JAKARTA - Pemberontakan terjadi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) 5 tahun setelah Indonesa merdeka. Pemberontakan tersebut terjadi pada periode KGSS (Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan) tahun 1950-1952 dan DI/TII (Darul Islam/Tentara Indonesia Islam) tahun 1953-1965.

Untuk menumpas pasukan Kahar Muzakkar, pemerintah pun mengirim pasukan. Salah satu pasukan yang dikirim adalah Kopassus yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Salah satu jenderal legendaris baret merah, Letjen TNI (Purn) Soegito membagikan pengalamannya dalam misi pertamanya untuk menangkap anggota DI/TII di belantara Sulawesi.

Melansir Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen, Rabu (13/7/2022), prajurit Kopassus diberangkatkan ke Sulawesi untuk bergabung dengan markas komando Operasi Tumpas yang dipimpin Pangdam XIV/ Hasanuddin Brigjen TNI Andi Mochammad Jusuf. Komando ini dibentuk untuk mengejar gerombolan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar.

Mereka adalah Letda Inf Soegito, Letda Inf Sembiring Meliala, Letda Inf Roedito, Letda Inf Joko Lelono, Letda Inf Warsito, Letda Inf Soetedjo, dan Letda CHB Bachtiar.

Para perwira muda ini diberangkatkan dengan menumpang kapal laut ke Ujung Pandang dengan stop over di Surabaya. Masing-masing membawa perlengkapan termasuk senapan AK-47.

Karena sudah berkualifiasi Para, Soegito sebenarnya boleh saja mengenakan baret merah. Namun, itu tidak dilakukannya dan lebih memilih memakai topi pet saja. Perjalanan kapal yang cukup menyiksa, terutama saat kapal menyeberangi Laut Jawa, merontokkan nyali sebagian dari mereka karena mabuk laut.

Setibanya di Ujung Pandang (Makassar), mereka mendapat informasi juniornya yang sudah lebih dulu tiba seperti Letda Inf Sintong Panjaitan dan Letda Inf Wismoyo sudah dikirim ke lapangan. Mereka lebih dulu menjadi organik RPKAD karena usai kursus infanteri langsung ke baret merah, tapi belum mengikuti latihan komando. Karena sewaktu kursus infanteri belum mendapatkan pendidikan Para, mereka belum boleh memakai baret merah.

Dari Ujung Pandang, rombongan kecil ini kemudian ke Parepare dengan menumpang truk militer. Di sepanjang perjalanan, mereka melihat banyak tentara berjaga di beberapa pos yang sudah dikuasai pasukan TNI. Beberapa wilayah juga sengaja dikosongkan untuk memisahkan secara jelas antara gerombolan bersenjata dan rakyat.

Setibanya di Parepare, mereka mulai dipisah sesuai penempatan masing-masing. Mereka yang mendapatkan penempatan jauh di pelosok dikirim dengan Helikopter Mi-4 Hound milik Skadron 6 AURI yang sengaja menempatkan satu flight berkekuatan lima heli di Pakue. Dengan heli ini mereka didrop ke lokasi penugasan dengan rincian satu perwira satu point.

Arbituren Akademi Militer Nasional 1961 ini diturunkan di Tanah Batue, sebuah kampung kecil di pedalaman yang masuk wilayah Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. Karena merasa penugasannya tidak akan lama, Soegito meninggalkan pakaian cadangannya di Parepare.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya