Kampanyekan Pentingnya Cuci Tangan, Dokter Abad Ke-19 Dianggap Gila hingga Meninggal karena Infeksi

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 26 Oktober 2022 06:21 WIB
Ignaz Semmelweis dianggap gila karena gencar kampanyekan cuci tangan untuk dokter bedah sebelum persalinan. (Via BBC)
Share :

Ketidakseimbangan besar

Mereka yang paling berisiko terinfeksi bakteri adalah para ibu, terutama yang vaginanya sobek dalam persalinan. Luka menganga merupakan habitat ideal bagi bakteri yang dibawa dokter maupun bidan.

Hal pertama yang diperhatikan Semmelweis adalah perbedaan antara dua klinik kebidanan di Rumah Sakit Umum Wina. Dua klinik itu memiliki fasilitasnya yang identik.

Perbedaannya, salah satu klinik dikelola mahasiswa kedokteran pria, sedangkan yang lain berada di bawah asuhan bidan.

Temuannya, klinik yang dikelola mahasiswa kedokteran memiliki tingkat kematian ibu sebesar 98,4 per seribu persalinan pada tahun 1847.

Sementara itu, tingkat kematian di klinik yang dioperasikan bidan ada di angka 36,2 per seribu persalinan.

Ketidakseimbangan angka ini sebelumnya dikaitkan kecenderungan mahasiswa kedokteran pria yang lebih kasar ketimbang bidan saat menangani pasien.

Kematian dini?

Saat itu ada argumentasi yang diyakini, bahwa tindakan medis yang kasar membuat para ibu lebih rentan terhadap demam puerperal. Ini adalah infeksi rahim yang terjadi setelah melahirkan dan penyebab hampir semua kematian ibu di rumah sakit.

Namun, Semmelweis tidak yakin dengan penjelasan resmi soal fenomena kematian ibu pascapersalinan itu.

Pada tahun yang sama, kematian salah seorang kawan sejawatnya yang mengalami luka di tangannya selama pemeriksaan post-mortem, memberi petunjuk pada Semmelweis.

Membuka bagian tubuh dalam proses medis pada masa itu dapat menimbulkan risiko yang berakibat fatal.

Setiap luka kulit yang disebabkan pisau bedah, tak peduli seberapa kecil, dikategorikan kondisi bahaya, termasuk untuk para ahli anatomi berpengalaman.

Salah satu contohnya, paman Charles Darwin, juga bernama Charles Darwin, meninggal pada 1778 setelah tersayat saat membedah tubuh seorang anak.

Semmelweis akhirnya melihat bahwa kematian kawannya di Wina diawali gejalanya yang sangat mirip dengan kematian para wanita pascapersalinan.

Pertanyaannya dalam benaknya, mungkinkah para dokter bedah membawa 'partikel jahat' jenazah ke ruang bersalin?

Semmelweis mengamati, banyak mahasiswa kedokteran keluar-masuk ruang otopsi dan ruang persalinan.

Karena saat itu tak ada yang mengenakan sarung tangan atau pelindung lainnya selama pembedahan, bukan hal biasa melihat mahasiswa kedokteran muncul di bangsal dengan potongan tubuh dan tisu pada pakaian mereka setelah kelas berakhir.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya