Kampanyekan Pentingnya Cuci Tangan, Dokter Abad Ke-19 Dianggap Gila hingga Meninggal karena Infeksi

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 26 Oktober 2022 06:21 WIB
Ignaz Semmelweis dianggap gila karena gencar kampanyekan cuci tangan untuk dokter bedah sebelum persalinan. (Via BBC)
Share :

PERNAH ada suatu masa ketika membawa orang sakit ke rumah sakit sama sekali bukanlah hal terbaik untuk dilakukan. Rumah sakit pada era itu merupakan tempat berkembang biaknya infeksi. Mereka pun hanya menyediakan fasilitas medis paling primitif untuk menangani orang sakit dan sekarat.

Kala itu muncul anggapan bahwa opsi yang lebih masuk akal adalah merawat orang sakit di rumah. Kematian di rumah sakit pada abad ke-19 mencapai tiga hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan di tingkat domestik atau rumah tangga.

Rumah kematian

Rumah sakit pada masa itu berbau urin, muntahan, dan cairan tubuh lainnya. Bau itu sangat menyengat sehingga para petugas medis terkadang menutup hidung mereka dengan sapu tangan.

Dokter pun jarang mencuci tangan dan peralatan medis mereka. Ruang operasi tempat para ahli bedah bekerja juga kotor.

Situasi itu membuat rumah sakit dikenal sebagai 'Rumah Kematian'.

Di era ketika masyarakat dunia belum memahami kuman, seorang pria berusaha menerapkan ilmu pengetahuan untuk menghentikan penyebaran infeksi.

Nama pria itu adalah Ignaz Semmelweis.

Dokter berkebangsaan Hongaria ini berusaha menerapkan prosedur cuci tangan di Kota Wina pada dekade 1840-an. Ia yakin, metode itu ampuh mengurangi angka kematian di ruang persalinan.

Upaya Semmelweis berfaedah, tapi gagal karena dia dikecam rekan-rekannya. Namun belakangan, ia dikenal sebagai 'penyelamat para ibu'.

Dunia tanpa kuman

Semmelweis bekerja di Rumah Sakit Umum Wina, di mana kematian terus mengintai kamar pasien, persis seperti di rumah sakit lainnya pada saat itu.

Sebelum berkembangnya teori kuman pada paruh kedua abad ke-19, mayoritas dokter meragukan gagasan bahwa kondisi tidak higienis di rumah sakit berperan dalam penyebaran infeksi.

"Sulit membayangkan sebuah dunia yang tidak menyadari eksistensi kuman atau bakteri," kata Barron Lerner kepada BBC.

Lerner merupakan ahli sejarah kedokteran di Universitas New York, Amerika Serikat.

 BACA JUGA:Bukan Hanya Covid-19, Menkes Budi: Pentingnya Cuci Tangan untuk Cegah Penyakit Menular

"Pada pertengahan abad ke-19, penyakit diyakini menyebar melalui uap beracun, yang mengangkut beragam partikel materi peluruhan berbahaya," ujarnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya