Sepak Terjang Sultan Hamid II dan Amir Sjarifuddin, Pahlawan atau Pengkhianat?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 04 November 2022 05:04 WIB
Sultan Hamid II dan Amir Sjarifuddin (Foto: BBC Indonesia)
Share :

SETELAH puluhan tahun reformasi, sejarah bukan lagi menjadi narasi milik penguasa semata. Namun, menjadi wacana publik dan tidak lagi berwajah tunggal. Sebagian masyarakat tidak lagi takut atau malu-malu untuk mengungkap narasi sejarahnya sendiri, yang selama ini barangkali dibungkam atau tak pernah disebut secara adil dalam sejarah resmi.

Salah satu mencuatnya usulan sosok Sultan Hamid II sebagai pahlawan nasional. Berkaca dari sejarah, Sultan Hamid II merupakan perancang lambang negara Burung Garuda Pancasila. Namun, namanya terlupakan setelah divonis terlibat kudeta Westerling 1950.

BACA JUGA:Pemerintah Umumkan 5 Tokoh Terpilih Terima Gelar Pahlawan Nasional, Berikut Nama dan Jasanya 

Demikian pula keinginan sejumlah pihak supaya mantan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin—yang dieksekusi mati karena dianggap terlibat peristiwa Madiun 1948 diberi tempat selayaknya dalam sejarah, sepertinya mewakili suara-suara yang selama ini ditindas.

Bagaimana menempatkan kedua sosok itu secara adil dalam ilmu dan narasi pada panggung sejarah Indonesia?

Melansir BBC Indonesia, menyoroti sosok Sultan Hamid II dan Amir Sjarifuddin, yang di satu sisi dianggap pengkhianat atau pemberontak. Namun, di sisi lain dianggap berjasa atau bahkan layak diusulkan sebagai pahlawan.

Sultan Hamid II

Sejumlah umbul bergambar Sultan Hamid II sempat beredar sudut ibu kota Kalimantan Barat, Pontianak. Di satu sisi, ada suara-suara agar nama baiknya dipulihkan, dan bahkan berupaya agar dia diangkat sebagai "pahlawan nasional".

BACA JUGA:LaNyalla Siap Perjuangkan Mochtar Koesoemaatmadja Jadi Pahlawan Nasional 

Namun, di sisi lain lagi ada anggapan pimpinan Kesultanan Qadariyah ini adalah "pengkhianat". Divonis bersalah oleh pengadilan di awal 1950an lantaran berniat membunuh sejumlah menteri serta —walau tak terbukti—dituduh bersekongkol dengan Westerling dalam peristiwa APRA 1950 di Bandung.

Hamid di sisi lain terbukti berjasa dalam merancang lambang negara Burung Garuda Pancasila. Di tengah pengkutuban seperti itulah, umbul-umbul bertuliskan namanya serta kalimat "perancang lambang negara RI Garuda Pancasila" bermunculan di sudut-sudut kota itu —lengkap dengan gambar foto dirinya berseragam militer.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya