Namun, untuk melancarkan proses kembalinya Mahathir ke dunia politik, dia membuat kesepakatan yang tidak masuk akal dengan Anwar, yang kala itu masih dipenjara, tapi tetap sangat populer di kalangan pendukung oposisi.
Dalam momen yang banyak dipublikasikan, keduanya melakukan jabat tangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menandai dimulainya reuni politik yang luar biasa.
Mahathir memimpin aliansi Pakatan Harapan meraih kemenangan dalam pemilihan umum penting pada 2018, mengakhiri kekuasaan Barisan Nasional selama 61 tahun berturut-turut dalam memerintah negara.
Koalisi Pakatan Harapan yang baru menyatukan empat partai ke dalam koalisi multi-etnis pertama Malaysia. Koalisi itu mendapat dukungan dari mayoritas Muslim Melayu, serta minoritas China dan India yang cukup besar di negara itu.
Sebagai perdana menteri Malaysia, Mahathir mengindikasikan dia akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam waktu dua tahun. Dia juga memenuhi janjinya untuk membebaskan Anwar dari penjara, dengan memberikan pengampunan penuh.
Namun, aliansi tersebut mulai terlihat kehilangan kekuatan karena Mahathir terus berupaya mengatur situasi untuk menyerahkan kekuasaan. Kondisi itu mulai terurai di tengah pertikaian sengit atas suksesi dan kebangkitan nasionalisme Melayu.
Pada Februari 2020, pengunduran diri Mahathir yang tak terduga menyebabkan keruntuhan koalisi, menjerumuskan Malaysia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya - dan sekali lagi membuat Anwar gagal mendapatkan apa yang ia inginkan.
Setelah pemerintahan baru runtuh, UMNO kembali berkuasa dan Muhyiddin Yassin diangkat sebagai perdana menteri baru.