JAKARTA - Di banyak negara, terapi yang melibatkan orang bayaran untuk menjadi mitra seks seorang pasien dianggap kontroversial dan jarang diterapkan. Akan tetapi, terapi semacam itu tersedia di Israel.
Bahkan, pemerintah Israel membiayai terapi tersebut untuk membantu para serdadu yang cedera parah dan memerlukan rehabilitasi seksual.
BACA JUGA:Menguak Skandal Percintaan Terlarang John F Kennedy dengan Marilyn Monroe
Ruang konsultasi milik juru terapi seksual Ronit Aloni tidak tampak seperti yang mungkin Anda bayangkan.
Ruangan yang terletak di Tel Aviv itu dilengkapi sofa kecil untuk para kliennya serta beragam diagram alat kelamin pria dan perempuan, yang dia gunakan sebagai bahan penyuluhan.
Namun, apa yang terjadi di ruang sebelah, dengan ranjang sofa dan lilin-lilin, lebih mengejutkan.
BACA JUGA:Ini Rencana Andika Perkasa Usai Pensiun dari Panglima TNI
Di ruangan inilah para mitra bayaran membantu klien-klien Aloni untuk menjalin hubungan dan cara berhubungan seks.
"Ruangan tersebut tidak terlihat seperti kamar hotel — lebih mirip kamar rumah, atau apartemen," kata Aloni.
Terdapat sebuah ranjang, pemutar CD, kamar mandi, dan beberapa karya seni erotis yang menghiasi dinding.
"Terapi seks, dalam banyak hal, adalah terapi pasangan dan jika seseorang tidak punya pasangan maka dia tidak bisa menuntaskan proses itu. Mitra seks, apakah itu pria atau perempuan, ada untuk memerankan pasangan," katanya dilansir dari BBC, Selasa (20/12/2022).
Meskipun banyak kalangan mengkritik terapi itu seperti prostitusi, di Israel hal tersebut diterima. Bahkan, pemerintah membiayai terapi itu untuk membantu para serdadu yang cedera dan mengalami gangguan seksual.
"Manusia perlu merasa mereka bisa memuaskan orang lain dan mereka bisa mendapat kepuasan dari orang lain," kata Aloni, perempuan bergelar doktor di bidang rehabilitasi seks.
"Orang-orang berdatangan untuk sesi terapi. Mereka tidak datang mencari kepuasan. Sama sekali tidak mirip dengan prostitusi," tambahnya dengan tegas.
"Lagipula, 85% dari seluruh sesi adalah [mengenai] keintiman, menyentuh, memberi dan menerima, berkomunikasi - ini tentang belajar menjadi manusia dan bagaimana berhubungan dengan orang lain. Ketika seseorang bisa berhubungan seksual, itulah akhir dari proses."
A, sebagaimana dia ingin disebut, adalah salah satu serdadu yang pertama kali dibiayai Kementerian Pertahanan untuk menerima terapi mitra seks setelah mengalami insiden hampir 30 tahun lalu, saat dia berstatus tentara cadangan.
Akibat jatuh dari ketinggian, A lumpuh dari pinggang ke bawah sehingga tidak bisa berhubungan seks seperti sebelum jatuh.
"Saat saya cedera, saya membuat daftar hal-hal yang ingin dilakukan. Saya harus bisa mandi sendiri, saya harus makan dan berpakaian sendiri, mengemudi sendiri, serta berhubungan seks secara mandiri."
A telah menikah dan memiliki anak. namun istrinya merasa tidak nyaman berbicara mengenai seks kepada dokter dan terapis. Sehingga dia mendorong A untuk mencari bantuan dari Aloni.
A menjelaskan bagaimana Aloni memberikan arahan dan masukan kepadanya dan kepada mitra seks-nya, sebelum dan setelah setiap sesi terapi.
"Saya mulai dari awal: sentuh ini, sentuh bagian sana. Dari situ membangun langkah demi langkah sampai tahap akhir mencapai orgasme," jelas A.
A berpendapat bahwa wajar bagi negara membayar sesi terapi mingguannya, seperti yang juga dilakukan negara dalam merehabilitasi bagian dirinya yang lain. Sekadar gambaran, biaya terapi seks selama tiga bulan adalah US$5.400 (Rp78,5 juta).
"Mendapatkan mitra seks bukanlah tujuan hidup saya. Saya cedera dan ingin merehabilitas semua aspek hidup saya," kata A, yang duduk di kursi roda.
"Saya tidak jatuh cinta pada mitra seks saya. Saya sudah menikah. [Terapi] ini hanyalah mempelajari teknik bagaimana mencapai gol. Saya memandangnya sebagai hal logis yang harus saya lakukan."
A menyalahkan pemahaman Barat soal seks atas pandangan miring mengenai terapi mitra seks.
"Seks adalah bagian dari hidup saya, itu adalah kepuasan dalam hidup. Bukannya saya menjadi playboy, bukan itu," kata A.
Orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang secara kontinyu mengunjungi Aloni secara diam-diam di kliniknya.
Banyak yang berupaya keras mempunyai hubungan romantis akibat masalah kecemasan, keintiman, atau trauma pada pelecehan seksual. Ada pula yang mengidap gangguan kesehatan fisik dan mental.
(Nanda Aria)