Dilihat sekilas, otak semut mungkin tampak sangat berbeda dari otak manusia. Volumenya sekitar sepersepuluh milimeter kubik atau tiga kali lebih kecil dari sebutir garam. Semut punya hanya 250.000 neuron, otak manusia memiliki sekitar 86 miliar.
Namun kehidupan sosial beberapa spesies semut sangat mirip dengan manusia. Bahkan, ada spesies semut yang mempraktikkan suatu bentuk agrikultur dengan membiakkan jamur di dalam sarang mereka. Semut-semut ini mengumpulkan dedaunan dan material tumbuhan lainnya untuk digunakan dalam peternakan mereka sebelum memanen jamur tersebut untuk dimakan.
Ketika tim DeSilva membandingkan ukuran otak berbagai spesies semut, mereka menemukan bahwa kadang-kadang spesies yang hidup dalam populasi yang besar berevolusi sehingga memiliki otak yang lebih besar, kecuali kalau mereka juga suka beternak jamur.
Itu tampaknya berarti, setidaknya bagi semut, otak yang lebih besar penting untuk sukses dalam komunitas besar, namun sistem sosial yang lebih kompleks dengan pembagian tugas yang lebih beragam dapat, sebaliknya, mendorong otak mereka untuk menyusut. Ini bisa jadi karena kemampuan kognitif dibagi-bagi dan didistribusi di antara banyak anggota kelompok, dengan berbagai peran untuk dimainkan.
Dengan kata lain, kecerdasan menjadi kolektif.
"Bagaimana kalau itu terjadi pada manusia?" kata DeSilva. "Bagaimana jika, pada manusia, kita mencapai ambang batas ukuran populasi, ambang batas individu berbagi informasi dan mengeksternalisasi informasi di otak orang lain?"
Salah satu kemungkinan lain ialah berkembangnya tulisan - yang terjadi kira-kira 2000 tahun sebelum otak manusia mulai menyusut - juga berdampak. Tulisan adalah salah satu dari relatif sedikit hal yang membedakan kita dari spesies lain dan DeSilva mempertanyakan apakah ini dapat memengaruhi volume otak melalui "eksternalisasi informasi dalam bentuk tulisan dan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan mengakses informasi di luar otak Anda".
Banyaknya perbedaan antara otak semut dan manusia berarti kita perlu berhati-hati dalam menarik persamaan. Namun demikian, Desilva berargumen bahwa kemungkinan itu adalah titik awal yang berguna untuk memikirkan apa yang menyebabkan penyusutan yang mencolok, dan relatif baru, pada volume otak manusia.
Ide-ide ini masih menjadi hipotesis untuk sementara ini. Ada banyak teori lainnya yang berusaha menjelaskan reduksi ukuran otak manusia. Namun, sebagian dari mereka menjadi tidak masuk akal jika penyusutan otak benar-benar baru dimulai 3000 tahun yang lalu.
Contoh yang bagus adalah domestikasi. Puluhan hewan yang telah didomestikasi, termasuk anjing, memiliki otak yang lebih kecil dibandingkan nenek moyang mereka. Namun domestikasi manusia diperkirakan terjadi puluhan, bahkan ratusan ribu, tahun yang lalu — jauh sebelum otaknya menyusut.