“Kami melanjutkan tren kenaikan kilat,” lanjutnya.
Sementara itu, World-Wide Lightning Location Network, jaringan pemantauan petir lain yang dipimpin oleh University of Washington, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut, mengatakan temuan Vaisala tentang petir global serta gunung berapi Hunga konsisten dengan pengamatan mereka sendiri.
“Kita bisa melakukan ini karena letusan yang lebih kuat menghasilkan petir, dan petir mengirimkan sinyal radio yang dapat dideteksi ke seluruh dunia,” terang Robert Holzworth, Direktur jaringan, mengatakan kepada CNN.
“Letusan Hunga benar-benar mengesankan dalam aktivitas kilatnya,” tambahnya.
Para peneliti telah menggunakan petir sebagai indikator utama krisis iklim, karena fenomena tersebut biasanya menandakan suhu yang menghangat. Petir terjadi dalam badai energik yang terkait dengan atmosfer yang tidak stabil, membutuhkan udara yang relatif hangat dan lembab, itulah sebabnya petir terjadi terutama di garis lintang tropis dan di tempat lain selama bulan-bulan musim panas.
Namun pada 2022, Jaringan Deteksi Petir Nasional Vaisala menemukan lebih dari 1.100 sambaran petir di Buffalo, New York, selama badai salju efek danau dahsyat yang menumpahkan lebih dari 30 inci salju di kota, tetapi menumpuk total sejarah lebih dari 6 kaki di pinggiran kota sekitarnya di sepanjang Danau Erie.