Valdes mengungkapkan meteorit menghantam Bumi secara merata di seluruh permukaannya, jadi Antartika bukanlah rumah bagi konsentrasi meteorit yang sangat besar. Tapi es putih murni adalah latar belakang yang ideal untuk melihat bebatuan hitam legam.
“Berburu meteroid adalah teknologi yang sangat rendah dan tidak serumit yang mungkin dipikirkan orang," ungkapnya.
"Kami berjalan-jalan atau mengendarai mobil salju, melihat ke permukaan,” terangnya.
Tapi tim memang punya ide ke mana harus mencari. Studi pada Januari 2022 menggunakan data satelit untuk membantu mempersempit lokasi tempat meteorit kemungkinan besar ditemukan.
“Meteorit itu sendiri terlalu kecil untuk dideteksi dari luar angkasa dengan satelit,” jelasnya.
“Tapi penelitian ini menggunakan pengukuran satelit untuk suhu permukaan, kemiringan permukaan, kecepatan permukaan, ketebalan es — hal-hal seperti ini. Dan itu memasukkan (data) ke dalam algoritme pembelajaran mesin untuk memberi tahu kami di mana kemungkinan tertinggi untuk menemukan zona akumulasi meteorit,” paparnya.
Dia mengatakan membedakan meteorit dari batuan lain bisa menjadi proses yang rumit. Para peneliti mencari kerak fusi, lapisan kaca yang terbentuk saat objek kosmik jatuh menembus atmosfer bumi.