Pada Kamis (26/1/2023) lalu, serangan militer Israel menewaskan 10 orang Palestina di Kota Jenin di wilayah Tepi Barat yang diduduki, sementara seorang warga Palestina menembak mati tujuh orang di luar sebuah sinagoge di permukiman Yerusalem timur pada Jumat (27/1/2023).
Keesokan paginya, seorang bocah Palestina berusia 13 tahun menembak dan melukai dua orang Israel di Yerusalem timur.
Netanyahu sama sekali tidak menyinggung lonjakan kekerasan yang belum lama terjadi dalam keterangan persnya setelah pertemuan itu. Ia justru membahas bahaya Iran terhadap Israel dan harapannya untuk memperluas “Perjanjian Abraham,” perjanjian normalisasi antara Israel dengan beberapa negara Arab.
“Memperluas lingkaran perdamaian; berusaha untuk pada akhirnya menutup lembaran berkas konflik Arab-Israel, saya rasa juga akan membantu kami mencapai solusi yang bisa diterapkan dengan tetangga kami, Palestina,” kata Netanyahu dalam satu-satunya kesempatan di mana ia menyebut Palestina.
Di sisi lain, Blinken lebih terus terang. Ia mengatakan, AS mendukung perluasan Perjanjian Abraham, namun kesepakatan itu tidak bisa menggantikan solusi dua negara yang dapat menyelesaikan konflik panjang Israel-Palestina.
“Perjanjian-perjanjian ini bukanlah substitusi bagi kemajuan hubungan Israel dan Palestina, namun pemajuan integrasi Israel itu dapat kita lakukan dengan cara yang dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa Palestina di Tepi Barat dan Gaza,” ungkapnya, menambahkan bahwa cara terbaik untuk mewujudkannya yaitu dengan menerapkan solusi dua negara, mendirikan negara Palestina yang merdeka bersama Israel.