GEMPA bumi berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki selatan dan Suriah pada Senin, (6/2/2023) pagi, menghancurkan ratusan bangunan dan menewaskan lebih dari 8.000 orang di kedua negara, menurut laporan terbaru. Gempa yang getarannya dirasakan hingga Mesir itu berpusat di Gaziantep, Turki, sekira 90 kilometer dari perbatasan Suriah.
Bencana terburuk di Turki dalam satu dekade ini ternyata telah diprediksi oleh seorang pakar gempa Belanda. Frank Hoogerbeets yang bekerja untuk organisasi Survei Geometri Tata Surya (SSGS) di Belanda tampaknya telah memprediksi gempa tersebut pada 3 Februari 2023, tiga hari sebelum bencana tersebut benar-benar terjadi.
SSGS menggambarkan dirinya sebagai lembaga penelitian untuk memantau geometri antara benda langit yang terkait dengan aktivitas seismik di Twitter.
Di akun Twitternya, Hoogerbeets menulis: “Cepat atau lambat akan ada gempa ~M 7,5 M di wilayah ini (Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, Lebanon).”
Diwartakan News 18, setelah prediksinya menjadi viral, Frank Hoogerbeets menanggapi gempa yang terjadi dengan mengatakan: “Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah ini, mirip dengan tahun 115 dan 526. Gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kami lakukan pada 4-5 Februari."
Namun, beberapa pengguna mempertanyakan prediksi pakar Belanda tersebut, menyebutnya pseudosains atau ilmu semu.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) prediksi gempa tidak didukung oleh bukti ilmiah, karena gempa merupakan fenomena alam.