Laporan USGS menyebutkan bahwa prediksi (oleh non-ilmuwan) biasanya mulai beredar di media sosial ketika terjadi sesuatu yang diyakini sebagai pertanda gempa yang akan segera terjadi.
Badan itu mengatakan bahwa prediksi dari para pakar ini terlaku digeneralisasikan, dan jika gempa terjadi, yang agak cocok dengan prognosis mereka, maka mereka mengklaim prediksi tersebut sukses, meski faktanya satu atau lebih elemen prediksi mereka berbeda secara drastis dari apa yang sebenarnya terjadi.
USGS menambahkan bahwa apa yang disebut prekursor biasanya adalah segerombolan gempa bumi kecil, tingkat radon yang meningkat di daerah perairan di sekitar, perilaku hewan yang aneh, peningkatan besaran dalam peristiwa berukuran sedang, atau peristiwa berkekuatan sedang yang terjadi cukup jarang untuk menyiratkan bahwa itu mungkin merupakan gempa awal.
Sayangnya, sebagian besar prekursor tersebut sering terjadi tanpa diikuti oleh gempa bumi, sehingga tidak mungkin membuat prediksi yang akurat. Jika ada dasar ilmiah, ramalan probabilistik dapat dibuat sebagai gantinya.
(Rahman Asmardika)