Perang yang menghabiskan waktu 5 tahun ini sangat merugikan Belanda dan masyarakat pribumi. Laman Gerakan Literasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut, total korban tewas dalam peristiwa ini adalah 200 ribu orang di pihak penduduk Jawa. Selain itu, 8 ribu orang lainnya dari pihak Belanda dikabarkan menjadi korban. Perang ini juga sangat menguras kantong pemerintah Belanda dengan nominal fantastis, yakni sekitar 20 juta gulden.
3. Perang Aceh
Penjajah Belanda juga mengalami kerugian besar dalam Perang Aceh yang berlangsung tahun 1873 sampai 1913. Dalam Jurnal Inovasi Penelitian (2021) bertajuk ‘Strategi Perang Semesta dalam Perang Aceh (1873-1912)’, diketahui bahwa perang ini terbagi atas 3 periode waktu. Perang Aceh pertama pada tahun 1873-1874, Perang Aceh kedua tahun 1874-1880, dan Perang Aceh ketiga tahun 1896-1910.
Perang ini terjadi akibat Belanda menuntut Kesultanan Aceh untuk tetap tunduk pada pemerintahan Belanda. Perintah ini ditolak secara keras oleh Sultan Mahmud Syah. Penolakan tersebut jelas membuat Belanda geram, sehingga mereka melakukan deklarasi perang terhadap Aceh. Di bawah pimpinan J.H. Kohler, Belanda mengerahkan 3 ribu pasukannya dan mendarat di Pantai Cermin Ulee Lheue. Perang ini sangat merugikan Belanda, baik dari sisi korban jiwa, rusaknya alutsista, dan biaya peperangan, karena durasi perangnya yang sangat lama.
(Diolah dari berbagai sumber/ Litbang MPI/Ajeng Wirachmi)
(Erha Aprili Ramadhoni)