Pangeran Diponegoro menjadi buruan Belanda saat perlawanannya di Perang Jawa. Beberapa kali sang pangeran diburu oleh pasukan Belanda. Bahkan penyerbuan Belanda ke markas Pangeran Diponegoro di Selarong, gagal membuahkan hasil.
Jenderal De Kock pimpinan Belanda pun memerintahkan agar Pangeran Diponegoro dan pasukannya terus dikejar. Informasi tentang keberadaan Diponegoro simpang siur. Pada bulan Oktober 1825, Mayor Sollewijn diperintahkan menyerbu Kutagede, gagal menemukan Diponegoro.
Pada tanggal 24 Oktober de Kock mendapat informasi bahwa Diponegoro berada di tepi barat Sungai Bedog. Operasi pengejaran terhadap Diponegoro langsung dipimpin de Kock. Dengan mengerahkarı kekuatan tiga kolone atau 1.258 orang, dengan garis awal kota Bantul.
Dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia", Kolone pertama di bawah Mayor Sollewijn, kolone kedua dipimpin oleh Kapten van de Polder, dan kolone ketiga, yang berada di tengah, dipimpin oleh Jenderal de Kock sendiri. Kolone pertama yang bergerak ke desa jeblok dihadang oleh pasukan Diponegoro, sehingga terjadi pertempuran hebat.
Kolone kędua dan ketiga bergerak ke Kasihan. Diponegoro yang mengonsentrasikan kekuatannya di desa ini, diserbu oleh pasukan lawan. Pertempuran seru pun terjadi. Pasukan Diponegoro bertempur dengan berani tanpa menghiraukan tembakan meriam.