Terang saja, Melia Winata dan rekan-rekannya terketuk untuk mencarikan solusi. Pada saat itu angka kematian cukup tinggi. Berdasarkan data yang dijabarkan oleh Melia, 1 dari 3 anak kekurangan gizi, 260 bayi dan 42 ibu meninggal hampir setiap harinya.
Melia Winata lantas menjelaskan bahwa para ibu di Flores memiliki mata pencaharian dari perkebunan yang mana pendapatannya pun tidak stabil. Alhasil mereka kekurangan akses uang tunai.
Pendapatan yang hanya Rp 225 ribu setiap bulan tentu saja kurang. Ditambah lagi tidak ada kesempatan bekerja selain berladang serta ketidakseimbangan nutrisi dengan pekerjaan yang sangat berat.
Du Anyam Muncul Sebagai Solusi
Berangkat dari permasalahan kesehatan para ibu di tanah Flores, Melia Winata bersama rekan-rekannya pun terbesit untuk membangun sebuah bisnis. Dimana, bisnis tersebut masih berhubungan dengan keahlian para ibu di Flores yang gemar membuat barang dari anyaman.
Ya, setelah ditelusuri oleh Melia dan tim, ternyata ibu-bub di flores memiliki keterampilan menganyam namun tidak mampu melihatnya secara komersil. Selain itu, bahan dasar pembuatan anyaman pun tumbuh subur di Flores.
Lewat berbagai pertimbangan, lahir lah Du Anyam sebagai sarana memberdayakan perempuan di tanah Flores, khususnya para ibu agar mampu meraih kesejahteraan.