Para pemimpin militer Myanmar berharap untuk mengadakan pemilihan tahun ini dengan keyakinan bahwa ini akan memberikan legitimasi yang sangat dibutuhkan pemerintah mereka.
Tetapi kegagalan mereka untuk menghancurkan oposisi terhadap pemerintahan mereka, bahkan dengan penggunaan pengeboman udara secara ekstensif dalam beberapa bulan terakhir, telah membuat pemilihan menjadi tugas yang hampir mustahil.
Myanmar telah terjebak dalam perang saudara selama beberapa dekade, yang meningkat setelah kudeta pada 2021.
Satu setengah juta orang telah mengungsi, 40.000 rumah telah dimusnahkan, delapan juta anak tidak lagi bersekolah, dan 15 juta orang dinilai oleh PBB sangat kekurangan makanan. Lebih dari 2.900 orang tewas selama penumpasan junta terhadap perbedaan pendapat, menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
(Rahman Asmardika)