Perubahan
Berkat penemuan ini, pemahaman kita terhadap Neanderthal sebagai sebuah spesies pun berubah.
Berdasarkan penelitian, Neanderthal tampaknya bukanlah spesies yang berbeda.
“Kami telah menafsirkan secara berlebihan perbedaan kecil pada kerangka wajah atau kekokohan kerangka,” kata Zilhão.
Penemuan fosil lain setelahnya dengan karakteristik yang mirip dengan anak Lapedo memperkuat teori perkawinan silang ini, yang kemudian didukung ketika para peneliti mengurutkan genom Neanderthal.
Begitulah kita mengetahui bahwa orang Eropa dan Asia mungkin memiliki hingga 4% DNA Neanderthal.
“Itu bukan berarti bahwa pada setiap diri kita, dua atau empat persen itu sama. Kalaupun Anda menggabungkan semua genom Neanderthal yang masih ada, itu hampir seperti 50 hingga 70 persen dari apa yang secara spesifik merupakan Neanderthal. Jadi genom Neanderthal bertahan hampir secara keseluruhan,” jelasnya.
Menurut Zilhão, pengetahuan ini dapat memperkaya pemahaman kita tentang evolusi manusia, daripada berpikir bahwa kita berasal dari populasi yang sangat kecil yang hidup di suatu tempat di Aftika 250.000 tahun yang lalu dan semua orang yang hidup pada masa itu menghilang begitu saja.
(Susi Susanti)