KYIV - Kebocoran besar dokumen rahasia yang merinci perencanaan perang Amerika Serikat (AS) di Ukraina telah memaksa Kyiv untuk meningkatkan tindakan pencegahan dan mengubah postur militernya, demikian dilaporkan CNN pada Minggu, (9/4/2023), mengutip sumber anonim.
Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kyiv "telah mengubah beberapa rencana militernya" karena banyaknya file Pentagon yang diduga bocor di online. Namun, CNN tidak mengklarifikasi rencana apa yang telah diubah dan seberapa drastis perubahan ini.
CNN telah meninjau 53 dokumen dalam kumpulan dokumen tersebut, yang tampaknya telah disusun antara pertengahan Februari dan awal Maret. Namun, keasliannya belum dikonfirmasi secara resmi.
Kebocoran tersebut menjelaskan upaya mata-mata AS terhadap sekutu utama Washington, termasuk Ukraina dan Zelensky secara pribadi, klaim laporan itu. Sumber CNN menggambarkan pengungkapan itu sebagai "tidak mengejutkan", tetapi mencatat bahwa hal itu masih membuat frustrasi para pejabat Ukraina.
Satu laporan intelijen AS juga mengklaim bahwa pada akhir Februari, Zelensky “menyarankan untuk menyerang lokasi penyebaran Rusia di Oblast Rostov Rusia” dengan drone karena kurangnya jenis senjata jarak jauh lainnya, kata laporan itu, sebagaimana dilansir RT.
Pekan lalu, Mykhailo Podolyak, seorang pembantu senior Zelensky, berusaha mengecilkan kebocoran tersebut, menyebutnya sebagai “dimanipulasi dan palsu”. Dia menambahkan bahwa Moskow “bersemangat untuk mengganggu serangan balik Ukraina, yang secara luas diperkirakan akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang.
Kumpulan dokumen sensitif di Ukraina muncul online pada akhir Februari dan awal Maret di platform obrolan Discord, tetapi laporan pertama tentang kebocoran tidak muncul hingga minggu lalu. File-file tersebut memberikan penilaian kesiapan dan korban pertempuran Rusia dan Ukraina, jadwal untuk pelatihan dan pengiriman peralatan, serta kelemahan senjata yang digunakan oleh Kiev.
Pada Jumat, (7/4/2023) New York Times melaporkan tentang kebocoran kumpulan dokumen sensitif AS lainnya, yang kali ini tidak hanya berfokus pada Ukraina, tetapi juga China, Timur Tengah, dan terorisme.
Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa beberapa lembaga pemerintah sedang bekerja untuk mengevaluasi dampak keamanan nasional dari kebocoran tersebut. Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mencatat bahwa departemen “terus meninjau dan menilai validitas dokumen berfoto yang beredar di media sosial dan yang tampaknya berisi materi sensitif dan sangat rahasia.”
(Rahman Asmardika)