KATHMANDU - Seorang sherpa Nepal memecahkan rekor dengan mencapai puncak Gunung Everest untuk ke-28 kalinya pada Selasa, (23/5/2023) kata seorang pejabat. Sherpa itu menyelesaikan pendakian keduanya hanya dalam seminggu, sementara jumlah korban pada musim pendakian tahun ini mencapai 11 orang.
Kami Rita Sherpa, (53), mencapai puncak setinggi 8.849 meter melalui rute pegunungan tenggara tradisional, kata pejabat pariwisata Nepal Bigyan Koirala, setelah pendakiannya yang ke-27 minggu lalu.
Dipelopori oleh pendaki gunung pertama, Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay pada 1953, rute ini tetap menjadi jalur paling populer menuju puncak tertinggi di dunia itu.
"Kami Rita sedang dalam perjalanan turun dari puncak," kata Thaneswar Guragai, manajer umum perusahaannya, perusahaan Seven Summit Treks, yang mengatakan pendakian adalah hasrat para sherpa.
"Dia mendaki dengan klien lain tapi kami menunggu detailnya."
Kami Rita pertama kali mendaki Everest pada 1994, dan telah melakukannya hampir setiap tahun sejak itu, kecuali selama tiga tahun ketika pihak berwenang menutup gunung tersebut karena berbagai alasan.
"Dia mengembangkan hasrat mendalam untuk mendaki sejak usia muda dan telah mendaki gunung selama lebih dari dua dekade," kata perusahaan itu pekan lalu, sebagaimana dilansir Reuters.
Pendaki sherpa lainnya mendaki Everest untuk ke-27 kalinya minggu ini, puncak terbanyak setelah Kami Rita.
Pendaki Inggris Kenton Cool minggu lalu mendaki Everest untuk ke-17 kalinya, terbanyak oleh orang asing.
Namun, bahaya yang ditimbulkan gunung tersebut bagi banyak pendaki tercermin dalam dua kematian lagi di Everest selama akhir pekan yang membuat jumlah korban menjadi 11 orang sejak April.
Salah satunya adalah seorang sherpa Nepal, yang bekerja untuk membersihkan gunung, yang meninggal pada Senin, (22/5/2023) kata Angkatan Darat Nepal dalam sebuah pernyataan. Peralatan dan barang-barang lain yang ditinggalkan oleh ekspedisi pendakian dapat mengotori gunung selama beberapa dekade.
Seorang insinyur Australia meninggal saat turun dari puncak pada Jumat, (19/5/2023) di zona kematian di atas 26.000 kaki (7.925 m), yang terkenal karena udara tipis yang dapat menyebabkan serangan mendadak penyakit ketinggian.
Jason Kennison, (40), mungkin meninggal karena kelemahan di area balkon antara puncak dan kamp terakhir, kata Ang Tshering Sherpa, dari Asian Trekking Co, Selasa.
“Dia sempat digotong oleh para sherpa pendaki namun roboh setelah sampai di area Balcony,” ujarnya.
Angin kencang menggagalkan upaya untuk membawa lebih banyak tabung oksigen untuk Kennison dari kamp terakhir, kata petugas pendakian.
Jumlah 11 kematian itu termasuk tiga sherpa yang meninggal pada April di bagian bawah gunung, sementara yang lain meninggal karena penyakit, kelemahan dan berbagai penyebab, tambah mereka.
Dua pendaki, masing-masing dari Singapura dan Malaysia, telah hilang selama tiga hari terakhir, kata para pejabat.
(Rahman Asmardika)