JAKARTA – Pendidikan komando memegang peranan penting bagi setiap prajurit TNI AD yang ingin menjadi satuan elite.
Dalam tahapan awal ini, prajurit dilatih secara khusus untuk beroperasi dalam satuan infanteri ringan atau unit satuan khusus, yang mampu digerakkan dalam operasi pendaratan amfibi atau dari udara (parachuting).
Pendidikan komando ini untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan prajurit sehingga baik secara individu dan kelompok melaksanakan operasi komando.
Sekitar tahun 1960-an, pendidikan komando diakhiri di Nusakambangan, Cilacap. Sebelum upacara pembaretan, selalu diadakan demo penutup dari siswa komando yang disaksikan para undangan dan keluarga siswa. Kopassus menyebut demo saat matahari terbit ini dengan Serangan Regu Komando (Seruko).
Setelah menyelesaikan pendidikan komando dan para dasar serta berhak menyandang brevet komando dan baret merah, mereka disebar di unit-unit operasional Kopassus, yaitu Grup.
Di Grup ini, pada tahap awal mereka akan melaksanakan orientasi untuk mendapatkan gambaran tugas, nilai-nilai, dan tradisi satuan barunya.
Letjen TNI (Purn) Soegito muda kala itu mengaku memiliki impian itu. Dikutip dari buku ‘Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen, dia memulai pendidikan komandonya di Batujajar pada Februari 1965.