PADA 22 Juni 1941, Jerman pimpinan Nazi Adolf Hitler mengumumkan Operasi Barbarossa yang mengawali invasi Jerman ke Uni Soviet. Invasi itu mengerahkan kurang lebih empat juta pasukan dengan 19 divisi panser, 3.000 unit tank, 2.500 pesawat udara, dan 7 senjata artileri.
Invasi itu dilakukan, meskipun pada 1939 Jerman dan Uni Soviet telah menandatangani perjanjian untuk tidak saling menyerang. Kedua pihak menyetujui untuk menjamin pengaruh masing-masing di wilayah yang telah ditentukan tanpa ada campur tangan dari pihak lainnya.
Meski begitu, kecurigaan tetap muncul sehingga saat Uni Soviet menginvasi Rumania pada 1941, Jerman melihatnya sebagai ancaman terhadap suplai minyaknya di daerah Balkan. Sebagai respon atas invasi tersebut, Hitler mengirimkan pasukan ke Polandia untuk menghadapi ancaman tersebut sekaligus mengancam balik Moskow. Situasi itu dengan cepat berubah menjadi sebuah invasi Jerman ke Uni Soviet.
Operasi Barbarossa dimulai pada 22 Juni 1941 pukul 3.15 pagi waktu setempat dengan pengeboman kota-kota besar di Polandia yang dikuasai Soviet. Serangan terhadap Soviet ini dilakukan melalui tiga kelompok pasukan yang menyerang secara paralel: Kelompok Pasukan Utara, Tengah, dan Selatan.
Pasukan Uni Soviet yang tidak waspada karena mempercayai perjanjian mereka dengan Hitler tidak dapat menghadapi serangan Jerman pada fase awal invasi. Sekira 3.000 pesawat Soviet berhasil dihancurkan oleh Angkatan Udara Jerman Luftwaffe dalam tiga hari pertama serangan dan menguasai wilayah udara Uni Soviet.
Tidak berbeda dengan di udara, pertempuran di darat memperlihatkan keunggulan bagi pasukan Jerman meskipun Pasukan Merah Soviet memiliki keunggulan dalam jumlah tank dan perlengkapan lainnya. Pada pekan pertama invasi berlangsung, pasukan Jerman berhasil menembus wilayah Rusia sejauh lebih dari 480 kilometer.