PARIS - Seorang perwira polisi Prancis sedang diselidiki atas tuduhan pembunuhan setelah menembak mati seorang remaja berusia 17 tahun pada Selasa, (27/6/2023) pagi di Nanterre, pinggiran Paris. Remaja itu ditembak setelah gagal mematuhi perintah untuk menghentikan mobilnya, kata kantor kejaksaan setempat.
TV BFM menyiarkan gambar bentrokan sporadis yang pecah antara pemuda dan polisi pada Selasa malam, karena kemarahan atas kematian remaja tersebut tumbuh di masyarakat setempat.
Petugas menembaki bocah itu, yang kemudian meninggal karena luka-lukanya, kata kantor kejaksaan Nanterre sebagaimana dilansir Reuters.
Sebuah video yang dibagikan di media sosial, diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan dua petugas polisi di samping mobil, sebuah Mercedes AMG, dengan satu tembakan saat pengemudi menjauh.
Setelah rekor 13 kematian akibat penembakan polisi di Prancis saat penghentian lalu lintas tahun lalu, ini adalah penembakan fatal kedua dalam keadaan seperti itu di tahun 2023.
Tiga orang tewas oleh tembakan polisi setelah menolak untuk mematuhi pemberhentian lalu lintas pada 2021 dan dua orang pada 2020. Penghitungan Reuters tentang penembakan fatal pada 2021 dan 2022 menunjukkan mayoritas korban adalah orang kulit hitam atau keturunan Arab.
"Sebagai seorang ibu dari Nanterre, saya merasa tidak aman untuk anak-anak kami," kata Mornia Labssi, seorang penduduk lokal dan juru kampanye anti-rasisme. Mornia mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan keluarga korban, yang katanya berasal dari Aljazair.
Seorang penumpang dibawa ke tahanan polisi tetapi kemudian dibebaskan sementara polisi tidak dapat menghubungi penumpang lain, kata kantor pencari. Pengemudi itu "dikenal oleh layanan peradilan karena menolak untuk mematuhi perhentian lalu lintas" pada kesempatan sebelumnya, katanya.
Kepala polisi Paris Laurent Nunez mengatakan kepada BFM TV bahwa "tindakan ini menimbulkan pertanyaan bagi saya" dan bahwa sistem peradilan akan memutuskan apakah itu pantas atau tidak.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa Inspektorat Jenderal Polri sedang menyelidiki "untuk menjelaskan keadaan drama ini."
(Rahman Asmardika)