LONDON - Para ilmuwan telah menemukan jenis bakteri alami yang dapat membantu menghentikan penularan malaria dari nyamuk ke manusia.
Mereka menemukannya secara kebetulan, setelah koloni nyamuk dalam satu percobaan tidak mengembangkan parasit malaria.
Para peneliti mengatakan bakteri tersebut bisa menjadi alat baru untuk melawan salah satu penyakit tertua di dunia, yang membunuh 600.000 orang setiap tahun.
Uji coba menilai keamanannya di dunia nyata sekarang sedang berlangsung.
Para ilmuwan di sebuah fasilitas penelitian di Spanyol, dijalankan oleh perusahaan farmasi GSK, membuat penemuan setelah mengetahui bahwa koloni nyamuk yang digunakan untuk pengembangan obat telah berhenti membawa malaria.
"Tingkat infeksi pada nyamuk mulai berkurang sehingga pada akhir tahun nyamuk tidak akan terinfeksi parasit malaria," kata Dr Janneth Rodrigues, yang memimpin program tersebut, dikutip BBC.
Tim membekukan sampel dari eksperimen yang dilakukan pada 2014 dan kembali ke sana dua tahun kemudian untuk mengeksplorasi apa yang telah terjadi.
Studi lebih lanjut mengungkapkan bahwa jenis bakteri tertentu - TC1 - yang secara alami ada di lingkungan, telah menghentikan perkembangan parasit malaria di usus nyamuk.
"Begitu menjajah nyamuk, itu bertahan seumur hidup," lanjutnya.
"Dan kami menemukan bahwa, ya, bakteri itulah yang bertanggung jawab untuk mengurangi penularan pada nyamuk tersebut,” ujarnya.
Data baru yang dipublikasikan di majalah Science menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat mengurangi muatan parasit nyamuk hingga 73%.
Bakteri bekerja dengan mengeluarkan molekul kecil, yang dikenal sebagai harmane, yang menghambat tahap awal parasit malaria yang tumbuh di usus nyamuk.
Dalam hubungannya dengan Universitas Johns Hopkins, para ilmuwan GSK menemukan bahwa harmane dapat tertelan secara oral oleh nyamuk, jika dicampur dengan gula, atau diserap melalui kutikula saat bersentuhan.
Ini membuka kemungkinan untuk merawat permukaan di area tempat serangga beristirahat dengan senyawa aktif.
Lebih banyak uji coba sekarang dilakukan di fasilitas penelitian lapangan yang disebut MosquitoSphere di Burkina Faso untuk menilai seberapa efektif dan aman menggunakan harmane dalam skala besar di dunia nyata.
Harapannya adalah dengan mengembangkan intervensi berbasis bakteri ini menjadi sebuah produk, para ilmuwan dapat segera memiliki alat lain di dalam kotak untuk melawan salah satu penyakit tertua di dunia.
Malaria membunuh sekitar 620.000 orang per tahun, seringkali anak-anak di bawah usia lima tahun. Vaksin sekarang telah dikembangkan, tetapi masih dalam tahap awal diluncurkan di Afrika.
Gareth Jenkins, dari badan amal Malaria No More, mengatakan penemuan baru itu menjanjikan.
"Malaria membunuh seorang anak setiap menit. Kemajuan signifikan telah dicapai dalam mengurangi beban global malaria, tetapi untuk mengembalikan kita ke jalur yang benar, kita membutuhkan alat baru dan inovatif di gudang senjata,” ungkapnya.
"Dengan saluran inovasi yang kuat, adalah mungkin untuk mengakhiri ancaman malaria dalam hidup kita,” tambahnya.
(Susi Susanti)