Namun ratusan pengunjuk rasa Armenia, yang frustrasi dengan tanggapan negara mereka, bentrok dengan polisi di luar gedung parlemen di Yerevan, mengutuk pemimpin mereka sebagai pengkhianat dan menyerukan agar dia mengundurkan diri.
Azerbaijan mengatakan perundingan dapat dimulai di kota Yevlakh, sekitar 100 km (60 km) utara ibu kota wilayah Karabakh, Khankendi, yang disebut Stepanakert oleh etnis Armenia.
Sejak akhir 2020, sekitar 3.000 warga Rusia telah memantau gencatan senjata yang rapuh tersebut, namun perhatian Moskow telah teralihkan oleh invasi besar-besaran ke Ukraina.
Diperkirakan 120.000 etnis Armenia tinggal di daerah pegunungan tersebut. Rusia mengatakan tentaranya telah memindahkan hampir 500 warga sipil dari daerah yang paling berisiko, sedangkan kelompok separatis mengatakan mereka telah membantu memindahkan total 7.000 warga sipil.
Selama sembilan bulan terakhir, Azerbaijan telah memberlakukan blokade efektif pada satu-satunya jalur masuk dari Armenia, yang dikenal sebagai Koridor Lachin.
Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan operasinya sebagai tanggapan atas kematian enam orang, termasuk empat petugas polisi, dalam dua ledakan ranjau darat pada Selasa (19/9/2023) pagi.
Sirene serangan udara kemudian terdengar dan suara artileri serta tembakan terdengar di kota utama Karabakh. Bangunan tempat tinggal rusak dan jurnalis Siranush Sargsyan menggambarkan melihat sebuah bangunan di sebelahnya dihantam.