Kisah Daan Jahja, Jenderal Bintang Satu yang Culik Mohammad Hatta ke Regasdengklok

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis
Senin 30 Oktober 2023 07:00 WIB
Daan Jahja (Foto: istimewa/Okezone)
Share :

JAKARTA - Peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu sejarah penting dalam terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Brigjen TNI (Purn) Daan Jahja merupakan salah satu tokoh yang memainkan peranan penting dalam peristiwa itu. Bersama pemuda lainnya, mantan Gubernur (Militer) Jakarta Raya ini bahu membahu mewujudkan cita-cita rakyat Indonesia bebas dari penjajahan.

Daan Jahja lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 5 Januari 1925. Dia merupakan putra dari pasangan Jahja Datoek Kajo dan Sjahrizan Jahja, asal Kotogadang, Agam, Sumatra Barat. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Daan Jahja bergabung dengan kelompok Prapatan 10 yang merupakan pengikut Sutan Sjahrir dan bermarkas di Jalan Prapatan 10, Jakarta.

Saat peristiwa Rengasdengklok, Daan Jahja membawa Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan kelompok Menteng 31 pimpinan Chaerul Saleh membawa Soekarno.

Kedua kelompok ini menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Desakan itu dilakukan para pemuda menyusul kekalahan Jepang dari Sekutu pada Perang Dunia (PD) II.

Namun Soekarno-Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara golongan pemuda menginginkan proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.

Selain itu juga agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia menjadi seolah-olah pemberian dari Jepang. Karena tidak mau memanfaatkan momentum tersebut, akhirnya pada Kamis, 16 Agustus 1945 sekitar pukul 03.00 WIB para pemuda menculik kedua tokoh nasional dan membawanya ke Rengasdengklok.

 BACA JUGA:

Selain itu penculikan dilakukan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia menjadi seolah-olah pemberian dari Jepang. Karena tidak mau memanfaatkan momentum tersebut, akhirnya pada Kamis, 16 Agustus 1945 sekitar pukul 03.00 WIB para pemuda menculik kedua tokoh nasional dan membawanya ke Rengasdengklok.

Tidak hanya itu, Daan Jahja juga terlibat aktif pada saat rapat raksasa di Lapangan Ikada, Jakarta. Bersama Subianto yang merupakan paman dari Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Daan Jahja melaporkan situasi di Lapangan Ikada ke Kantor Kominte Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

 BACA JUGA:

Sebab sebelum Subuh, seluruh rakyat Indonesia dari berbagai daerah sudah berkumpul di Lapangan Ikada untuk mendengarkan pidato Presiden Soekarno di Rapat Raksasa Lapangan Ikada sekarang bernama Monumen Nasional (Monas).

Di sisi lain, tentara Jepang mengerahkan panser dan tank untuk berjaga-jaga. Untuk menghindari kericuhan antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.

Proklamasi akhirnya kumandangkan di rumah Soekarno yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Pada 16 Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan harinya, tepatnya 17 Agustus 1945 Proklamasi dikumandangkan oleh Presiden Soekarno-Hatta.

Daan Jahja wafat pada 20 Juni 1985 tepat saat Hari Raya Idul Fitri 1405 H sepulang dari Masjid Sunda Kelapa, Jakarta setelah melaksanakan Salat Id.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya