Baku Tembak yang Mematikan Menghantui Rute Migran Balkan Menuju Uni Eropa

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 02 November 2023 17:33 WIB
Baku tembak menghantui rute migran Balkan menuju Uni Eropa (Foto: Pemerintah Hungaria)
Share :

Tim BBC bertemu dengannya di dekat kumpulan bangunan terlantar di semak belukar di sisi pagar Hungaria Serbia. Dia baru saja tiba dengan bus dari Pirot di perbatasan Serbia-Bulgaria, katanya, setelah melakukan pawai paksa selama 25 hari yang melelahkan melintasi Bulgaria.

Dia datang dari Istanbul dan membayar USD10.000 untuk tiket masuk ke Jerman.

Sebuah video yang dilihat oleh BBC di Subotica menunjukkan para penyelundup mencaci-maki dan memukuli pemuda Afghanistan yang ketakutan dan mencoba melintasi pagar tanpa membayar mereka. Video lain menunjukkan baku tembak sebelumnya di dekat Subotica.

Pagar kawat berduri Hungaria yang kokoh dan kokoh di sepanjang perbatasan 175 km (108 mil) tidak hanya membantu penyelundup mengendalikan siapa yang menyeberang, tetapi juga memungkinkan mereka menghilangkan “inisiatif individu”.

Para migran muda biasa menyebutnya “permainan”. Beberapa kelompok secara bersamaan memotong pagar di tempat yang berbeda karena mengetahui bahwa sebagian besar akan ditangkap dan didorong mundur, namun ada juga yang berhasil melewatinya.

Permainan sekarang telah berakhir.

Kedatangan senapan dan pistol otomatis dari Kosovo menambah unsur risiko baru. Dalam satu insiden mematikan pada Juli tahun lalu, di pinggiran Subotica, Makova Sedmica, seorang gadis berusia 16 tahun terbunuh dan tujuh migran terluka dalam baku tembak, yang diduga terjadi antara geng Maroko dan Afghanistan.

Penembakan pada Jumat (27/10/2023) lalu, di dekat pagar di Horgos, dikatakan dimulai ketika sebuah geng pimpinan Suriah menyerang sebuah geng mapan di Afghanistan. Para migran yang melintasi Serbia utara sebagian besar adalah warga Suriah dan Afghanistan, tetapi ada juga warga Kurdi, Pakistan, dan warga negara lainnya.

Polisi mengatakan para penyelundup bersenjata, bukan migran.

“Saya memahami ketakutan masyarakat setempat,” kata Virag Gyurkovics, jurnalis yang berbasis di Subotica.

“Tetapi masalahnya adalah rata-rata orang tidak membedakan antara pelaku perdagangan manusia dan pengungsi. Meskipun pengungsi juga merupakan korban,” lanjutnya.

“Kabel tersebut hanya mempunyai satu tujuan,” kata aktivis lokal Vladimir Polovina.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya