JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan El Nino, La Nina, serta perubahan iklim menjadi penyebab meningkatkan fenomena embun es (frost) Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Fenomena embun es ini muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.
Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni - Oktober). Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.
“Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim,” ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan dalam keterangan resminya, Rabu (29/11/2023).
Lebih lanjut, fenomena embun es Dieng ini merupakan salah satu aspek cuaca yang menyita perhatian serius bagi kalangan ilmuwan, praktisi cuaca, dan masyarakat.
“Cuaca dan iklim merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan peristiwa-peristiwa ekstrim seperti embun es (frost) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan” kata Ardhasena.
Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan. Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering.
Ardhasena pun mengatakan fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat. Namun, dibalik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.
“Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal,” pungkasnya.
(Awaludin)