BADUNG - Sempat terombang ambing di tengah laut, bangkai ikan paus berukuran panjang sekira 11 meter, lebar 2 meter, dan perkiraan berat mencapai lebih dari 500 kilogram, terdampar di tepi Pantai Double Six yang merupakan perbatasan antara kawasan Legian dengan Seminyak, Kuta, Badung, Bali.
Penyebab kematian ikan paus raksasa tersebut masih terus didalami, sebab ciri-ciri luka di tubuh paus telah menghilang. Terlebih ikan paus tersebut diperkirakan telah mati selama beberapa minggu lalu.
Saat ditemukan terdampar di tepi pantai, bangkai ikan paus tersebut kondisinya sudah tidak utuh dan dalam keadaan membusuk sehingga mengeluarkan bau yang menyengat.
Awalnya bangkai ikan paus itu mengambang di perairan kuta atau sekitar 50 meter dari bibir Pantai Double Six. Selang beberapa jam kemudian, bangkai ikan paus kemudian menepi.
Agar tak mengganggu kenyamanan warga maupun wisatawan di kawasan wisata tersebut, evakuasi pun segera dilakukan. Ukuran bangkai paus yang besar membuat evakuasi harus dilakukan dengan menggunakan alat berat.
Sebanyak dua eskavator dikerahkan untuk mengangkut secara perlahan bangkai ikan paus menjauhi bibir pantai. Eskavator kemudian menggali lubang sedalam 2,5 meter yang digunakan tempat mengubur bangkai ikan paus.
Sebelum dikubur, juga dilakukan pengambilan sampel sirip bangkai ikan paus untuk kepentingan identifikasi. Koordinator program lingkungan laut Yayasan Bali Bersih, Pande Ketut Cahya Krisnanta Arioka mengatakan, dari observasi fisik yang dilakukan, paus tersebut untuk sementara teridentifikasi berjenis paus sperma berjenis jenis kelamin betina.
"Penyebab kematian paus sulit teridentifikasi sebab ciri-ciri luka di tubuh telah menghilang. Terlebih paus tersebut diperkirakan telah mati selama beberapa minggu lalu. Walaupun dilakukan pembedahan organ dalam, hal itu kemungkinan sudah tidak ada pendarahan yang dialami," ujar Ketut Cahya, Kamis 7 Desember 2023.
Sampel dna paus selanjutnya diuji di laboratorium untuk dilaporkan kepada pemerintah, utamanya kepada BKSDA dan BPSPL. Hasil kajian biasanya memerlukan waktu maksimal satu bulan, untuk kemudian dirilis secara resmi. Di perairan Bali, memang terdapat banyak populasi ikan paus sperma, karena wilayah perairan selatan Bali merupakan daerah migrasi dan daerah makan paus sperma.
Selama ini, kejadian paus sperma yang mati di perairan Bali disebabkan berbagai hal mulai dari pendarahan, gigitan predator, benturan fisik, termasuk perubahan iklim.
(Angkasa Yudhistira)