JAKARTA - Pemerintah gencar menekan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam mendukung pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Salah satunya dengan melakukan pembahasan pengurangan emisi gas rumah kaca dari pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3), di Conference Of The Parties 28, United Nation Climate Change Conference (COP-28, UNFCCC) di Pavillion Indonesia di Expo Centre Dubai.
Diketahui, Indonesia akan menurunkan emisi GRK sampai 29 % bahkan dengan dengan dukungan kerjasama dengan negera sahabat akan mencapai 41 %. Pemerintah bahkan meningkatkan target pengurangan emisi GRK menjadi 31,89% dan 43,2%.
Limbah B3 yang selama ini dilihat hanya dari bagaimana mengelola secara baik serta pemanfaatan dengan pendekatan recycle, maka melalui Direktorat jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3), mengembangkan pengelolaan LB3 ke arah ekonomi sirkular dan pengurangan emisi gas rumah kaca yang dimaksudkan bukan hanya untuk mengatasi Limbah B3, tetapi juga untuk memanfaatkan nilai ekonomi limbah B3 serta mendukung pencapaian ENDC.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Limbah Berbahaya dan Beracun (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, menjelaskan bahwa berdasarkan laporan IGRK tahun 2021, emisi GHG pada sektor energi 44 %, sektor kehutanan 32,8 %, sektor limbah 9,7 %, pertanian 8,8 % dan sektor Industri 4,4 %.
“Emisi GRK dari Limbah B3 merupakan terbesar ke 3 dari sektor limbah dengan total emisi 128.100 Gg CO2 e yang berasal dari pemanfaatan LB3 sebagai substitusi sumber energi, pengolahan insinerator, serta landfill yang dapat menghasilkan emisi Carbon Dioxida (CO2) dan Gas Methan (CH4),” ujarnya, Jumat (8/12/2023).
Salah satu pendekatan yang perlu dilakukan kata dia adalah ekonomi sirkular, selain 3R, reduce, reuse, dan recycle serta konservasi sumber daya alam.
“Melalui sirkuler ekonomi dilakukan ektraksi limbah B3 yang kemudian digunakan kembali dalam proses produksi, sehingga selain dapat menekan penggunaan material juga meningkatkan nilai tambah produksi ataupun sebagai energi,” terangnya.