Kaleidoskop 2023: Kala Gempa Dahsyat Luluh Lantakkan Turki dan Suriah

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 27 Desember 2023 10:01 WIB
Foto: Reuters.
Share :

JAKARTA – Pada 6 Februari 2023 dini hari, sekira pukul 04.17 waktu setempat, gempa dahsyat berkekuatan (M) 7,8 mengguncang wilayah tenggara Turki, yang berbatasan dengan Suriah. Gempa yang memiliki episentrum di barat daya Gaziantep diikuti oleh gempa kedua yang berkekuatan M 7,7 dengan episentrum yang berdekatan beberapa jam kemudian.

Gempa kali ini merupakan yang terbesar yang pernah melanda Turki sejak 1939, dan disebut memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada Perang Dunia II. Puluhan ribu gempa susulan, beberapa bahkan memiliki kekuatan yang hampir sama besar, tercatat mengikuti gempa awal. 

Dahsyatnya gempa berdampak pada 14 juta orang di 10 provinsi di Turki dan menimbulkan kerusakan parah di area seluas sekira 350.000 km2. Puluhan ribu gedung, bangunan tempat, serta tinggal di sejumlah kota luluh lantak, terutama yang terletak di provinsi yang terdampak paling parah termasuk Gaziantep, Kahramanmaras, Hatay, Adiyaman, dan Diyarbakir.

Jumlah korban yang dilaporkan dengan cepat meningkat pesat, banyak dari mereka yang tak sempat melarikan diri dari bangunan yang runtuh saat gempa melanda. Sementara puluhan ribu korban terkubur di bawah puing-puing bangunan.

Pemerintah Turki segera mengumumkan kedaan darurat selama 3 bulan menyusul gempa dahsyat ini.

Upaya penyelamatan korban dan penyaluran bantuan langsung dikerahkan ke berbagai wilayah terdampak gempa. Namun, pemerintah Turki mendapat kritik keras atas respon bencananya yang dianggap lamban, karena beberapa daerah terdampak yang belum menerima bantuan yang memadai beberapa hari setelah gempa terjadi.

Bantuan internasional dari berbagai negara pun mulai berdatangan ke Turki, dari logistik, alat kesehatan, tenda, hingga tim SAR untuk membantu pencarian dan evakuasi korban dari reruntuhan bangunan.

Meski begitu, gempa susulan yang terus terjadi menyulitkan upaya evakuasi korban, sementara cuaca dingin bulan Februari menambah derita para penyintas yang terpaksa bermalam di luar ruangan karena takut kembali ke rumah atau bangunan karena potensi gempa lanjutan.

Kondisi upaya penyelamatan dan bantuan di Suriah justru lebih buruk, dengan perang saudara yang masih berlangsung di negara tersebut. Wilayah Aleppo dan Latakia yang menderita kerusakan terburuk dari gempa berada dalam kontrol pasukan pemberontak sehingga akses bantuan yang dapat disalurkan terbatas dan terhalang oleh pembatasan dari pemerintah Suriah.

Akses ke lokasi yang terdampak gempa juga terkendala oleh kerusakan pada jalan dan sarana komunikasi, menyulitkan pengiriman bantuan dan penyelamatan korban.

Upaya pencarian korban di Turki berlangsung hingga 19 Februari dengan korban jiwa mencapai 50.783 orang, menurut badan manajemen bencana Turki, AFAD, sementara hampir 300 orang masih dinyatakan hilang. Lebih dari 107.000 korban di 11 provinsi di Turki mengalami luka-luka dan ratusan ribu bangunan, termasuk gedung apartemen hancur lebur akibat bencana tersebut.

Empat orang warga negara Indonesia (WNI) termasuk di antara korban yang tewas akibat bencana gempa bumi di Turki ini. 

Di Suriah korban jiwa akibat gempa tercatat mencapai 8.476 orang, sementara 14.500 orang lainnya mengalami luka-luka. Lebih dari 6.000 warga Suriah juga termasuk di antara korban yang tewas akibat gempa bumi di Turki.

Dengan banyaknya kehancuran, bangunan yang runtuh, kerusakan infrastruktur, Bank Dunia memperkirakan kerugian akibat gempa bumi di Turki mencapai angka USD34 miliar atau lebih dari Rp521 triliun. Angka itu belum termasuk kerugian tidak langsung dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari bencana dahsyat itu. 

Presiden Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk menghidupkan kembali desa dan kota yang luluh lantak dilanda gempa bumi dalam waktu satu tahun. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan akomodasi dan layanan penghidupan kepada korban gempa bumi di 11 provinsi di Turki dan membangun kembali ratusan ribu rumah di provinsi-provinsi tersebut.

Belajar dari pengalaman gempa ini, Pemerintah Turki meluncurkan proyek untuk melindungi kota-kota terpadatnya dari ancaman gempa dengan tranformasi perkotaan. Rencana yang diumumkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Urbanisasi dan Perubahan Iklim Mehmet Ozhaseki pada Juli 2023 itu dimulai di Istanbul dengan pembangunan 350.000 rumah baru.

Turki juga akan memperkenalkan sistem hubah dimana orang dapat mengajukan permohonan dana untuk "mengubah" dan properti mereka menjadi tahan gempa, menurut laporan TRT Haber.

Di bidang diplomatik, bencana ini dinilai turut berperan mendukung perbaikan hubungan antara Turki dan rival regionalnya, Yunani, melalui apa yang disebut sebagai “diplomasi gempa bumi”. Kedua negara bertetangga ini saling memberikan bantuan di saat bencana gempa melanda wilayahnya masing-masing, terutama pada 1999, ketika gempa dahsyat melanda Turki dan Yunani hanya berselang sebulan.

(Maruf El Rumi)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya