Berdasarkan jenis-jenis arca tersebut diketahui bahwa percandian Gurah merupakan percandian Siwa, meskipun arca Siwa yang seharusnya ada di candi induk mungkin sudah pecah berkeping-keping. Sesudah ekskavasi pada tahun 1959, candi ini ditutup kembali, arcanya disimpan di Museum Nasional dan Museum Istana.
Petirtaan atau Pemandian Suci Kepung ditemukan pada tahun 1983. Seperti juga candi Gurah, petirtaan Kepung juga terpendam di bawah timbunan lahan sedalam kurang lebih 3-6 meter. Petirtaan yang dibuat dari bata ini mempunyai batur dengan menara-menara yang dahulu memancarkan air.
Air juga keluar dari dinding batur melalui makara batu. Ekskavasi yang telah beberapa kali dilakukan belum berhasil menampakkan seluruh kolam dan batur bermenara, tetapi petirtaan ini terpaksa ditimbun kembali karena lubang ekskavasi yang sangat dalam amat rawan bahaya.
Candi Tondowongso yang berada di kecamatan yang sama dengan candi Gurah baru ditemukan pada awal tahun 2007. Candi bata ini juga terpendam tanah sedalam tiga meter. Susunan percandian seperti Candi Gurah, terdiri dari candi induk dan tiga candi perwara di depannya. Arca- arcanya yang dibuat dari batu juga sebagian sama dengan arca candi Gurah.
Arca candi Tondowongso lebih banyak, yaitu sejumlah 14 buah terdiri dari Sarca dewa, 2 fragmen arca, 2 nandi, sebuah lingga, dan sebuah yoni. Arca-arca Tondowongso terdiri dari Brahma, Durga, Sürya, Candra (2 buah), Nandiswara, Agastya, dan Ardhanari. Seperti juga arca-arca Gurah, arca Tondowongso ini menunjukkan latar belakang keagamaan Siwaisme. Struktur Candi Tondowongso sudah sangat rusak, yang tersisa hanya sebagian kaki candinya.
Terakhir temuan mengejutkan yakni dugaan struktur bangunan yang diidentifikasi sementara dari era Raja Kertajaya di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, di Januari ini. Temuan ini pun saat ini tengah diteliti oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Jawa Timur.
Memang sebagian besar temuan candi-candi dari masa Kerajaan Kediri sudah rusak, setidaknya dapat memberikan gambaran mengenai corak keagamaan dan gaya kesenian masa tersebut.
(Awaludin)